1 Kalimat yang Digunakan Oleh Orang yang Cerdas Secara Emosional

0

Dalam sebuah situasi di dalam pekerjaan, katakanlah kamu membutuhkan bantuan. Kamu perlu melakukan kerja sama dengan rekanmu. Intinya, kamu membutuhkan bantuan yang mendesak. Jadi, kamu menegangkan tulang belakang, mengumpulkan keberanian, dan meminta bantuan kepada orang lain … Dan ditolak.

Meskipun kamu menekankan pentingnya permintaan itu padanya. Meskipun kamu menggambarkan betapa kamu akan sangat menghargai pertolongannya. Meskipun kamu menunjukkan lebih jelas, secara verbal dan nonverbal, pentingnya tugas itu untuk dikerjakan dengan bantuannya. Kamu tetap ditolak.

Dilansir dari Inc., satu hal kesalahanmu di sini adalah, pada dasarnya kamu sedang memohon. Yang, menurut ulasan tahun 2013 terhadap lebih dari 40 studi yang dipublikasikan di Ilmu Komunikasi, itu adalah kesalahanmu. Tapi kenapa itu salah?

ads by posciety

Nah, kamu perlu mengetahui alasannya agar kejadian yang sama tidak terulang, lanjutkan membaca artikel ini yang membahas 1 kalimat yang digunakan oleh orang yang cerdas secara emosional yang akan membantumu meminta pertolongan dengan cara dan hasil yang lebih baik.

Apa Kalimat itu dan Bagaimana Cara Kerja Kalimatnya ?

Jika kamu seperti kebanyakan orang yang merasa tidak suka diganggu space-nya, ketika ada “gangguan” terjadi, kamu secara alami menjadi defensif. Seolah dinding pentahananmu naik. Bagaimana jika kamu semakin merasa tidak bisa mengatakan “tidak”? Maka semakin sedikit kamu berfokus untuk mengevaluasi permintaan yang sebenarnya, dan semakin kamu berfokus untuk mencari cara untuk mengatakan “tidak”. Inilah salah satu reaksi natural manusia.

Untuk itu, ada satu cara dengan satu kalimat untuk menurunkan dinding pertahanan atau sikap defensif dari orang yang kita mintai tolong. Cara itu dinamakan aturan “tetapi kamu bebas” (But You Are Free / BYAF) yang menghindari masalah dari sikap “defensif” dengan langsung memberikan jalan keluar kepada orang lain.

Yang harus kamu lakukan, tulis para peneliti, adalah “melemahkan persepsi target bahwa ‘kebebasannya untuk mengatakan tidak’ sedang terancam”. Artinya, dengan kalimat ini kamu akan memberi tahu orang lain bahwa dia bebas untuk mengatakan “tidak” untuk menjawab permintaanmu.

Berikut contohnya secara eksplisit dengan menyertakan beberapa versi “tetapi kamu bebas untuk mengatakan tidak”:

  • “Kami sedang mencari relawan, tetapi kamu bebas untuk menolak.”
  • “Bisakah kamu membantu saya? Saya tahu kamu sibuk, jadi tolong jangan merasa harus melakukannya.”
  • “Saya benar-benar mengerti jika kamu tidak punya waktu, tetapi bisakah kamu (isi dengan permintaan) …?”

Menurut para peneliti, cukup sertakan pernyataan yang mengurangi kemungkinan orang lain merasa tidak punya pilihan, maka orang itu dua kali lebih mungkin untuk mengatakan ya atas permintaanmu itu.

Bagaimana menerapkan aturan “BYAF” ?

Pertama, sadari bahwa keinginan atau kebutuhan kamu memang penting. Tapi hanya untukmu. (Seperti yang dikatakan sebuah pepatah, “Perencanaan yang buruk bagimu bukan merupakan keadaan darurat bagi saya.”)

Beratnya masalah dan tantangan yang kamu punya (atau, dengan kata lain, luasnya tujuan dan impianmu) tidak berarti orang lain harus merasa lebih berkewajiban atau bersedia membantu dirimu. Karena setiap orang punya masalah. Dan setiap orang punya mimpi. Jadilah cukup cerdas secara emosional untuk menyadari hal itu.

Kemudian, penting juga menjadi cukup cerdas secara emosional untuk menyadari bahwa orang lain lebih mungkin untuk menawarkan bantuannya ketika mereka merasa terdorong secara pribadi daripada merasa berkewajiban. Kita semua suka merasa bermurah hati. Kita semua suka merasa terbantu. Kita semua suka merasa bahwa kita membuat perbedaan. Bukan sesuatu yang dilakukan dengan keterpaksaan.

Terutama ketika rasanya kita ingin memutuskan untuk masuk, melangkah, dan mengulurkan tangan untuk membantu. Maka berilah orang lain jalan keluar dengan menyertakan versi tulus dari “tetapi kamu bebas” saat kamu meminta bantuan, maka kamu telah membiarkan orang lain memutuskan tindakan mereka sendiri.

Semakin kamu mempermudah orang tersebut untuk mengatakan “tidak”, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengatakan ya–dan, yang lebih penting, mereka akan merasa lebih baik untuk mengatakan ” ya”. Karena kita semua ingin merasakan waktu dan usaha kita telah membuat perbedaan bagi orang lain. Inilah alasan kenapa aturan BYAF menjadi win-win solution yang pasti.

Nah, sampai di sini, apakah kamu termasuk orang yang sering menggunakan kalimat ini untuk meminta bantuan kepada orang lain? Apakah perbedaan yang kamu rasakan ketika menggunakan kalimat ini dengan hanya meminta tolong seperti biasanya? Tulis pendapatmu di kolom komentar, ya. Semoga bermanfaat!

Artikel Lainnya
Berikan Komentar

Website ini menggunakan cookie untuk pengalaman yang lebih baik Setuju & Tutup Selengkapnya