3 Cara Melatih Pikiran untuk Menjadi Produktif

Pernahkah kamu merasa stuck? Seolah tidak banyak hal lagi yang bisa kamu lakukan, atau semua jalan yang awalnya terlihat jelas namun menjadi buntu dan kehilangan semangat produktifitas? Kalau kamu pernah, atau mungkin, sedang mengalaminya, ingat kalimat ini “keahlian mu menghalangi kreativitas mu. Maka gunakan pola pikir sebagai pemula.” Lho, maksudnya bagaimana? Nah, kita akan bahas dalam penjelasan berikut yang disadur dari Entrepreneur.com: Pemula lebih dapat melihat “kemungkinan” di mana para ahli justru melihat “masalah.” Kita semua bisa mendapatkan keuntungan dari pola pikir sebagai pemula, bahkan—mungkin terutama—di bidang di mana kita sudah menjadi ahlinya.

1. Gunakan Pola Pikir “Pemula”

Pola pikir pemula bisa terasa berlawanan dengan intuisi mu, terutama jika kamu sudah menjadi sangat ahli dan berprestasi di bidang mu.

Untuk menjelaskannya, seperti ini, pemula memiliki pola pikir yang tidak terlalu membatasi dirinya dibandingkan para ahli. Seorang pemula, misalnya, tidak akan pernah berkata, “Tapi beginilah seharusnya cara kita untuk melakukan sesuatu.”

Pemula akan menjadi benar-benar inovatif dengan melepaskan diri dari model dan sistem lama, yang berarti kamu harus melupakannya. Melupakan “cara lama untuk melakukan sesuatu” yang membatasi kreativitas mu, karena cara lama itu bisa jadi telah membuatmu bosan sehingga tidak produktif lagi.

Ini tidak mudah. Kamu tidak bisa melupakan keahlian yang diperoleh dengan susah payah selama bertahun-tahun atau puluhan tahun. Apa yang dapat kamu lakukan, bagaimanapun, adalah menghidupkannya dengan “rasa ingin tahu.”

  • Pertanyakan pola pikir mu dan tantang asumsi mu, pertama dengan mengidentifikasinya dan kemudian mengkritiknya tanpa penilaian. Apa yang kelihatannya masuk akal? Apa yang dibangun di atas fakta yang sudah tidak lagi relevan?
  • Menjauhlah dari pemecahan masalah secara langsung dan jelajahi kemungkinan lain yang tidak dibatasi, dengan membuat pernyataan “Saya berharap”. Dengan memisahkan visi mu dari cara lama, kamu bisa menjadi benar-benar inovatif.
  • Ajukan pertanyaan “bodoh”. Mungkin terasa bodoh untuk mengajukan pertanyaan yang sudah kelihatan jelas, terutama jika kamu sudah menjadi ahli yang mengetahui jawaban pasti dari pertanyaan bodoh itu. Tapi, jawabannya yang baru akan memberikan kejelasan yang baru.

Dengan mendobrak pola pikir lama yang sudah membosankan dan, mungkin, tidak lagi relevan, kamu dapat melepaskan pengetahuan yang membatasi mu dan menemukan peluang baru yang belum pernah kamu lihat sebelumnya.

2. Mulailah Sekarang !

Anak-anak memang lebih pandai belajar sesuatu yang baru. Masuk akal. Pada dasarnya, semua yang mereka lakukan adalah hal yang mereka lakukan untuk pertama kalinya. Mereka belajar berjalan, belajar olahraga, juga belajar dasar-dasar matematika, bahasa, tulisan tangan, dan lain sebagainya. Semakin beranjak tua, semakin sedikit kita perlu belajar. Otak kita menjadi kurang adaptif, dan menjadi lebih sulit untuk menyerap hal-hal baru.

Kabar baiknya: semakin banyak kamu melakukannya, maka semakin baik kamu melakukannya. Di bidang apapun. Ini karena, meskipun otak orang dewasa tidak se-siap dulu (seperti saat anak-anak) untuk belajar, kita masih memiliki neuroplastisitas. Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk beradaptasi dengan tantangan baru. Ini seperti otot yang semakin kuat jika kamu semakin sering menggunakannya.

Dan, yang tidak kalah penting, belajar memiliki manfaat di luar keterampilan yang telah diperoleh. Mereka yang terus belajar seiring bertambahnya usia, membangun dan mempertahankan koneksi otak mereka dan merangsang area otak yang membangun ingatan baru. Ini meningkatkan memori dan kontrol kognitif.

Singkatnya, waktu terbaik untuk mempelajari sesuatu adalah sebelum kamu berusia 12 tahun. Waktu terbaik kedua adalah sekarang.

Bayangkan kamu berada di sebuah kafe di Paris. Kamu telah menghabiskan dua tahun untuk belajar bahasa Prancis. Kamu telah mencapai level tertinggi Duolingo dan dapat membaca artikel di Le Monde dengan dukungan Terjemahan Google secara minimal. Lalu, seorang pelayan datang untuk menanyakan pesanan mu dan kamu membeku. Tentu, beberapa di antara alasannya mungkin gugup, tetapi reaksi ini kemungkinan didorong oleh latihan sebelumnya yang bergantung pada konteks.

Jika kamu terbiasa mempelajari bahasa secara tertulis atau sendiri, mengungkapkan apa yang telah dipelajari tersebut ke dunia luar bisa jadi sulit dan bahkan terasa seperti “kemunduran”. Dengan mempelajari keterampilan dalam konteks yang berbeda, kamu akan membangun fleksibilitas perilaku. Fleksibilitas perilaku adalah kemampuan untuk tampil dalam kondisi atau lingkungan yang berubah.

Pikirkan seperti ini: Pengemudi pemula dapat mengemudi di jalan yang bersih. Pengemudi yang baik dapat mengemudi dengan aman dalam cuaca dan kondisi lalu lintas yang berbeda. Pengemudi yang hebat dapat beradaptasi dengan kondisi apa pun, dan dengan mobil apa pun.

Dalam mempelajari suatu keterampilan, para ilmuwan merekomendasikan ”pengulangan tanpa pengulangan”. Apa maksudnya? Maksudnya adalah melatih keterampilan yang sama dalam kondisi yang berbeda untuk membangun keterampilan yang lebih menyeluruh. Cobalah menerapkan keterampilan mu dalam konteks yang berbeda dan melalui media yang berbeda. Selain membangun fleksibilitas keterampilan, kamu juga akan terkejut karena menjadi lebih kreatif dan produktif.

3. Lepaskan Ego

Semua pembelajaran dapat dicapai dengan beberapa tingkat kegagalan. Jika kamu sudah menjadi seorang ahli, rasanya sangat menyakitkan untuk menjadi “salah” atau merasa kalah dari orang lain. Pola pikir itu, meskipun sepenuhnya dapat dimengerti, sangat membatasi diri mu.

Belajar adalah tindakan yang akan membuatmu merasa rentan dan sekaligus, kompetitif. Awalnya ini bisa terasa tidak nyaman, seolah kamu baru melakukan sesuatu yang kamu sudah lama menguasainya. Tetapi, ketidaknyamanan adalah dimana pertumbuhan itu terjadi.

  • Carilah orang-orang yang menantang pemikiran mu dan perkenalkan ide-ide segar.
  • Cari inspirasi di berbagai bidang. Memperluas minat mu akan memperkaya hidup mu dan membuatmu mu berpikir secara berbeda.
  • Lepaskan tujuan lama dan ubah pola pikir mu menjadi “belajar adalah perjalanan seumur hidup” daripada berhenti pada tujuan “menjadi ahli”.

Dengan menggunakan pola pikir “pertumbuhan” yang berfokus pada kemajuan daripada tujuan lama, kamu memberi diri mu ruang untuk membuat kesalahan dan belajar darinya, dan menjadi pribadi yang kembali produktif lagi. Semoga bermanfaat!

Otak
Komentar (0)
Tambah Komentar