
8 Unsur Pembentuk Wacana Lisan, Nomor 2 Banyak Dilakukan
Di dalam sebuah percakapan terlibat dua pihak yang saling memberi dan menerima informasi lewat wacana lisan (interactive discourse) yang diciptakan dalam waktu dan situasi yang nyata.
Baik wacana lisan monolog dan wacana lisan dialog, pembicara dalam percakapan mendominasi peran sementara pihak lain hanya bertindak sebagai pendengar.
Contoh wacana lisan monolog antara lain khutbah, sedangkan wacana lisan dialog seperti skenario film atau sinetron. Perlu diketahui wacana dibentul dari beberapa unsur. Apa saja yang termasuk unsur-unsur pembentuk wacana lisan?
1. Kerjasama Partisipan
Komponen utama dalam sebuah percakapan adalah harus adanya kerjasama antarpelibat di dalam percakapan itu. Sehubungan dengan itu, terdapat empat prinsip tingkah laku (maksim kerjasama), antara lain:
Baca Juga:
- Maksim kuantitas menjelaskan kenyataan bahwa pecakap biasanya memberikan informasi yang cukup, tidak kurang dan tidak pula melebihi apa yang diminta oleh pihak lain.
- Maksim kualitas dilandasi oleh suatu asumsi dasar yang menyatakan bahwa apa yang diungkapkan di dalam sebuah percakapan adalah suatu kebenaran dan situasinya sungguh-sungguh.
- Maksim hubungan baru akan terbentuk jika pelibat (partisipan) percaka pan sudah mempunyai praanggapan yang sama tentang apa yang dipercakapkan.
- Maksim cara merupakan prinsip kerjasama yang berkaitan dengan strategi atau tatacara keberlangsungan sebuah percakapan.
Prinsip kerjasama yang terealisasi dalam bentuk maksim ini sangat tergantung pada faktor ekstralinguistik seperti faktor budaya dan faktor tradisi yang berlaku di dalam masyarakat penutur dimana percakapan itu berlangsung.
2. Tindak Tutur (Speech Act)
Orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakan. Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur. Misalnya, permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau permohonan.
Penutur biasanya terbantu oleh keadaan disekitar lingkungan tuturan itu. Keadaan semacam ini, termasuk juga tuturan-tuturan yang lain disebut peristiwa tutur. Dalam banyak hal, sifat peristiwa tuturlah menentukan penafsiran terhadap suatu tuturan. Suatu saat tindakan yang ditampilkan yang menghasilkan sebuah tuturan mengandung tiga tindak yang saling berhubungan.
- Tindak lokusi merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna.
- Tindak ilokusi membentuk tuturan dengan beberapa fungsi dalam pikiran melalui penekanan komunikatif suatu tuturan.
- Tindak perlokusi menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan-tuturan itu memiliki akibat.
3. Pasangan Berdampingan
Pasangan berdampingan (adjacency pairs) adalah tuturan yang dihasilkan oleh dua pihak (penutur dan petutur) secara berkesinambungan. Tuturan pertama merupakan bagian pertama pasangan, dan tuturan berikutnya merupakan bagian kedua pasangan.
Tuturan pertama disebut stimulan, sedangkan pasangannya disebut respon. Ketika seseorang menghasilkan sebuah tuturan yang berfungsi sebagai bagian pertama pasangan, diharapkan pihak lain akan memberikan respon yang sesuai.
Penggalan pasangan percakapan ini dapat ditemukan pada percakapan sederhana. Sehubungan dengan hal ini, pasangan berdampingan terdiri atas delapan kategori, yaitu penggalan salam atau tegur sapa (greeting – greeting), panggilan – jawaban (summons – answer), keluhan – bantahan (complaint – denial), keluhan – permohonan maaf (complaint–apology), permohonan– persetujuan (request – grant), permintaan informasi – penjelasan (request for information – grant), penawaran – penerimaan (offer – accept), dan penawaran – penolakan (offer – reject).
4. Pembukaan dan Penutupan
Sebuah percakapan pastilah mempunyai awal (pembukaan) dan akhir (penutupan), meskipun kadangkala tidak mudah untuk diidentifikasi terutama dalam percakapan spontan.
Pertama, pembukaan sebagai tuturan awal dan penutupan sebagai tuturan akhir dalam suatu percakapan lengkap, seperti bentuk salam atau tegur sapa.
Kedua, penutupan biasanya diawali dengan prapenutupan yang ditandai oleh mulai tidak lancarnya percakapan atau berkurangnya semangat berbicara yang ditandai dengan turunnya intonasi.
Ketiga, pembukaannya dan penutupan yang dijumpai pada setiap penggalan percakapan. Pada jenis ini setiap tuturan atau rangkaian tutur yang memulai sebuah penggalan pasangan berperan sebagai pembuka percakapan, dan setiap jawaban atau respon merupakan penutupnya.
5. Pengambilan Giliran Berbicara
Istilah lainnya adalah kesempatan berbicara (turn talking), adalah sebuah cara yang menunjukkan bahwa peranan dan status seseorang cukup dipertimbangkan dalam sebuah percakapan.
Ada penutur yang selalu ingin mendominasi pembicaraan dan ada pula penutur yang kurang memberikan kontribusi. Untuk menghindari hal-hal seperti itu, perlu memperhatikan faktor pengambilan giliran berbicara.
Aturan pengambilan giliran berbicara tergantung pada jenis dan peristiwa tutur. Untuk itu, para ahli telah mengelompokkan pengambilan giliran berbicara ini atas empat jenis, yaitu:
- Giliran otomatis sering ditemukan pada percakapan yang pesertanya hanya dua orang.
- Giliran diatur akan dijumpai pada percakapan-percakapan yang sifatnya rekayasa.
- Giliran direbut akan ditemukan dalam suatu pertengkaran atau dalam diskusi bebas.
- Giliran suka rela akan dijumpai pada percakapan yang bersifat pertukaran pendapat.
Selain itu, pengambilan giliran berbicara juga berkaitan erat dengan pemilihan topik percakapan. Hal ini merupakan konsekuensi logis bahwa seseorang mengambil giliran berbicara ketika mereka memiliki kontribusi terhadap topik yang sedang dipercakapkan atau ketika mereka ingin mengganti topik.
6. Sifat Rangkaian Tuturan
Fungsi utama rangkaian tuturan adalah untuk membentuk situasi pergantian bertutur dalam rangkaian percakapan (ritual interchange), terutama dalam percakapan berbentuk tanya jawab. Sifat rangkaian tuuturan di antaranya:
- Rangkaian berantai (chaining) adalah sejenis rangkaian percakapan satu lawan satu.
- Rangkaian bergantung (coupling), stimulus yang diberikan oleh pihak pertama (A) direspon oleh pihak kedua (B). Lalu, pihak kedua (B) memberikan stimulus lanjutan kepada pihak pertama (A).
- Rangkaian melingkar (embedding) pada rangkaian melingkar stimulus yang diberikan pihak pertama tidak direspon langsung oleh pihak kedua. Pihak kedua justru memberikan stimulus lanjutan atau balik bertanya. Pertanyaan pihak kedua harus segera dijawab oleh pihak pertama. Setelah itu, barulah pihak kedua dapat memberikan respon terhadap stimulus awal yang diberikan pihak pertama.
7. Topik Percakapan
Sebuah percakapan yang mematuhi norma yang berkaitan dengan pemilihan topik. Bagaimana topik dipilih untuk dibicarakan dan strategi yang digunakan oleh penutur untuk menyampaikan, mengembangkan atau mengubah topik. Ada dua macam topik dalam konteks percakapan, yaitu topik umum dan topik kecil-kecil.
- Topik umum biasanya menjadi pokok pangkal pembicaraan yang sekaligus akan menjai judul pembicaraan berfungsi untuk mengarahkan seluruh percakapan sehingga tidak melenceng dari maksud semula.
- Topik kecil-kecil terletak di dalam rangkaian percakapan yang sering berubah-ubah sesuai dengan rangkaian percakapan dan berfungsi untuk mematangkan dan lebih mengkhususkan pembahasan pada aspek-aspek tertentu.
Pengetahuan tentang dunia nyata adalah salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh penutur untuk memperkirakan serta mengantisipasi pertanyaan dan wacana terkait untuk topik-topik tertentu. Begitu pula, penutur juga harus mempunyai kemampuan mengenal ungkapan-ungkapan yang lazim digunakan terkait dengan peralihan topik.
8. Tatabahasa Percakapan
Umumnya sebuah percakapan Satuan-satuan bahasa yang difungsikan dalam percakapan tidak memenuhi kriteria kalimat yang lengkap. Kebanyakan klausa yang digunakan adalah rangkaian peristiwa atau keterangan sederhana.
Persoalan yang paling menonjol antara lain adalah ditemukan unsur yang dilesapkan atau dielipskan. Karena percakapan dilakukan dalam situasi langsung dan tatap muka antara pemeran serta ada kemungkinan banyak unsur yang dielipskan.
Selain itu, sebuah percakapan langsung dan tatap muka dapat ditunjang oleh sejumlah unsur yang bersifat suprasegmental seperti intonasi, jeda, tekanan, mimik dan air muka. Karenanya, kalimat-kalimat yang ditampilkan tidak perlu dalam kalimat-kalimat sempurna.