Apa Itu Duck Syndrome ?

Pura-pura bahagia, bertingkah seolah-olah semuanya baik-baik saja, padahal memiliki segudang masalah. Bisa jadi orang tersebut masuk ke dalam kriteria Duck Syndrome. Mungkin banyak orang yang belum tahu tentang Duck Syndrome. Istilah Duck Syndrome ini pertama kali dikemukakan di Stanford University, Amerika Serikat, yang menggambarkan persoalan yang dihadapi para mahasiswanya.

Istilah ini menganalogikan bebek yang berenang seolah sangat tenang, tetapi kakinya berjuang keras untuk bergerak agar tubuhnya tetap bisa berada di atas permukaan air. Hal tersebut dikaitkan pada kondisi dimana seseorang yang terlihat tenang dan baik-baik saja. Namun sebenarnya, dia mengalami banyak tekanan dan kepanikan dalam mencapai tuntutan hidupnya, misalnya nilai bagus, lulus cepat, atau hidup mapan, atau memenuhi ekspektasi orang tua dan orang di sekitarnya.

Lalu, apa arti dari Duck Syndrome itu sendiri? Hal apa yang menyebabkan seseorang mengidap Duck Syndrome? Apa saja gejala seseorang mengidap duck syndrome? Bagaimana cara mengatasi duck syndrome? Berikut ini penjelasannya.

Pengertian Duck Syndrome

Dilansir dari hellosehat.com, Duck Syndrome adalah istilah yang mengacu pada sebuah perilaku ketika seseorang sebenarnya sedang dirundung masalah, tapi tetap tampak baik-baik saja dari luar.

Sindrom ini banyak terjadi pada remaja yang masih bersekolah atau berkuliah dan orang-orang dewasa muda yang baru memulai karirnya di dunia kerja. Mereka mungkin lulus dari universitas ternama, mendapat pekerjaan di perusahaan yang bergengsi, dan tetap bisa bersenang-senang di unggahan sosial medianya. Akan tetapi di balik itu semua, mereka ternyata kewalahan untuk menjalani hidup hingga bahkan mengalami hambatan tertentu, seperti masalah mental di tempat kerja.

Melansir dari Medicinenet, kondisi ini memang tidak diakui sebagai penyakit mental secara resmi, tapi kondisinya mengacu pada fenomena mahasiswa yang banyak mengalami permasalahan mental karena terlalu bersemangat demi terlihat baik-baik saja.

Sindrom bebek ini bisa menjadi salah satu dampak munculnyaa kecemasan dan depresi. Selain itu juga menjadi tahap awal dan penyakit mental yang biasanya terjadi sebagai reaksi terhadap stres yang dilanda. Dikarenakan bisa memicu depresi yang berpotensi pada kehancuran mental seseorang, sindrom bebek sendiri harus segera mendapat penanganan yang lebih serius.

Penyebab Duck Syndrome

Ada beberapa faktor penyebab munculnya duck syndrome dalam diri seseorang di antaranya:

  • Tuntutan akademik.
  • Ekspektasi yang terlalu tinggi dari keluarga dan teman.
  • Pola asuh helikopter.
  • Pengaruh media sosial, misalnya terbuai ide bahwa kehidupan orang lain lebih sempurna dan bahagia ketika melihat unggahan dari orang tersebut.
  • Perfeksionisme.
  • Pernah mengalami peristiwa traumatik, seperti pelecehan verbalm fisik, dan seksual, kekerasan dalam rumah tangga atau kematian orang yang dicintai.
  • Self esteem yang rendah.
  • Kecenderungan orang-orang terdekat yang kerap membangga-banggakan prestasi.

Gejala Duck Syndrome

Duck syndrome ini belum secara resmi diakui sebagai gangguan mentap. Umumnya fenomena ini dialami oleh mereka yang masih berusia muda, misalnya siswa, mahasiswa, atau pekerja.

Meski merasakan banyak tekanan dan stres, sebagian penderita duck syndrome masih bisa produktif dan beraktivitas dengan baik. Hal ini mungkin terkait dengan perilaku stoicism atau ketabahan yang kuat. Namun, orang yang mengalami duck syndrome juga beresiko untuk memiliki masalah kejiwaan tertentu, seperti gangguan kecemasan dan depresi.

Tanda/ gejala duck syndrome tidak jelas dan bisa menyerupai gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Namun, beberapa penderita sindrom ini seringkali akan merasa cemas, gugup, tertekan secara mental, tetapi memaksakan diri untuk tampak baik-baik saja atau bahagia. Selain itu, mereka juga mungkin akan merasa sering susah tidur, pusing, dan susah konsentrasi.

Orang yang menderita duck syndrome ini cenderung suka membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa bahwa hidup orang lain lebih baik dan lebih sempurna daripada dirinya. Mereka juga memiliki tendensi untuk menganggap bahwa mereka sedang diamati atau diuji oleh orang lain sehingga harus menunjukkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Cara Mengatasi Duck Syndrome

Meski duck syndrome belum termasuk gangguan mental, akan tetapi sindrom ini tetap menjadi suatu masalah yang harus diatasi. Bila dibiarkan secara terus-menerus, perilaku ini bisa berakibat pada kebiasaan tak sehat seperti mendorong tubuh untuk memaksakan diri bekerja di luar kemampuan.

Oleh karena itu, orang yang mengalami duck syndrome atau mengalami masalah psikologis tersebut disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog. Apabila sudah terdiagnosis mengalami depresi atau gangguan kecemasan, dokter dapat mengubah duck syndrome dengan memberikan obat-obatan dan psikoterapi.

Jika mengalami duck syndrome, cobalah untuk mencari pertolongan dan lakkukan beberapa tips berikut untuk menjaga kesehatan mentalmu.

  • Lakukan konseling dengan pembimbing akademik atau konselor di sekolah atau kampus.
  • Kenali kapasitas diri agar dapat bekerja sesuai dengan kemampuan.
  • Belajar untuk mencintai diri sendiri.
  • Jalanigaya hidup sehat, yaitu dengan mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, serta menghindari rokok dan minuman beralkohol.
  • Luangkan waktu untuk melakukan me time atau relaksasi guna mengurangi stres.
  • Ubah pola pikir menjadi lebih positif dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain.
  • Jauhi media sosial untuk beberapa waktu.

Pada hakikatnya, di dunia iini manusia hidup berkompetisi dengan manusia lainnya. Baik itu di sekolah, di kampus, maupun di tempat kerja. Akan tetapi, jangan terlalu memaksakan diri untuk mencapai sesuatu. Lihatlah kemampuan pada diri sendiri, jangan sampai terlalu ambisi sehingga menyebabkan stres berat.

Jika memiliki gejala-gejala duck syndrome, jangan ragu untuk pergi ke psikolog, guna mendapatkan pertolongan. Semoga artikel ini bermanfaat dan membantu!

HewanKerjaMentalPenyakit
Komentar (0)
Tambah Komentar