Apakah “Santri Tani Millenial” Bisa Menjadi Solusi Kegelisahan Petani ?

0

Sukabumi – Selama ini santri identik dengan pendalaman ilmu agama saja. Namun, di era perkembangan teknologi, santri juga harus mampu menguasai teknologi agar dapat bersaing di zaman yang serba canggih ini. Hal itu dikatakan Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi, saat menghadiri sosialisasi, kerjasama pelatihan, dan penempatan kerja ke luar negeri dengan BLKN Maju Bersama, di Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi, belum lama ini.

Dijelaskan, santri yang mandiri bukan sekedar menguasai Bahasa Arab dan baca kitab, memiliki kemampuan teknologi. Dia berharap para santri Ponpes Al Fath dan umumnya di Kota Sukabumi dapat menguasai bidang teknologi dan pertanian supaya menjadi santri mandiri.” Santri  tangguh adalah santri yang  siap menghadapi tantangan zaman,” kata dia.

Fahmi menyebutkan, saat ini yang dibutuhkan bukan hanya ijazah, melainkan seseorang yang memiliki keahlian dan kompetensi, attitude dan mau kerja keras.” bukan hanya ijazah, kompetensi dan atitude juga tidak kalah penting,” imbuhnya.

ads by posciety

Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi menuturkan kehadiran santri tidak hanya menjadi regenerasi ratusan petani yang kini beranjak usia sepuh. Tapi kehadirannya turun ke sawah untuk mengantisipasi kelangkaan buruh tani yang kini sulit diperoleh.

“Kehadirannya dapat menjawab keresahan warga pemilik lahan pertanian, yang setiap musim panen kesulitan mendapatkan pengolah lahannya,” Kata Achmad Fahmi.

Kendati lahan pertanian kian mengusut, kata Achmad Fahmi, Pemkot melalui program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) akan mempertahankan lahan pertanian hingga mencapai 2 persen dari seluruh luas wilayah Kota Sukabumi.

Lahan produktif yang tersebar di kawasan sentra lahan pertanian di tiga diwilayah, meliputi lahan pertanian di Kecamatan Baros, Cibeureum dan Kecamatan Lembursitu yang di lebih dikenal dengan sebutan Bacile.

Kehadiran santri dapat membantu program pemerintah untuk mempertahankan lahan pertanian yang produktif. Apalagi melalui program LP2B, lahan lahan produktif wajib dipertahankan dan tidak diperkenankan untuk berubah fungsi,” katanya.

Achmad Fahmi mengatakan keberadaan lLP2B aman dari dampak perkembangan dan pembangunan. Untuk mempertahankan lahan seluas 321 dari 1.484 hektar, beralih fungsi menjadi pemukiman, perumahan, perkantoran, sekolah, perguruan tinggi, perusahaaan dan sebagainya, dilakukan pengetatan perijinan.

Memang alih fungsi lahan ditengah perkembangan perkotaan ini tidak bisa dipungkiri dan dihindari. Tapi optimis, dengan partisipasi seluruh stakeholders alih fungsi dapat diantisipasi dan dikurangi,” katanya.

Achmad Fahmi mengatakan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian merupakan dampak pesatnya perkembangan dan pembangunan, sekaligus sebagai salah satu penyebab utama terjadinya penurunan produksi padi di Kota Sukabumi.

Tapi LP2B yang luasnya mencapai 321 hektar, sangat aman dari dampak perkembangan dan pembangunan, karena lokasinya jauh dari jalan raya. Dengan demikian, alih fungsi lahan pada LP2B tidak terjadi,” katanya.

Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesanten Dzikir Al-Fath, Fajar Laksana mengatakan peluang di era ekonomi gital menjawab tantangan untuk membangkitan dan mengembangkan generasi muda melalui gerakan Santri Tani Millenial (STM).

“Pesantren melalui santri-santri sudah seharusnya menjadi penjawab kegelisahan petani dan menjadi salah satu yang sangat berpotensi untuk menciptakan regenerasi petani melalui Program Santri Tani Millenial (STM) ini, kita dorong santri-santri untuk terjun ke pertanian ,” kata Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath, KH. Fajar Laksana.

[zombify_post]

Artikel Lainnya
Berikan Komentar

Website ini menggunakan cookie untuk pengalaman yang lebih baik Setuju & Tutup Selengkapnya