
Cara Setting Daily Reminder di Instagram
Pernahkah kamu merasa lebih cemas atau pusing setelah mengakses media sosial terlalu lama? Perlu diketahui, gejala ini hanyalah salah satu dari efek samping media sosial yang mendistorsi pikiran kita dengan beragam informasi dan tentu saja, juga dapat mempengaruhi mental kita. Lantas, bagaimana cara mengatasi hal ini agar efek samping itu tidak berlanjut atau tidak menganggu kesehatan mental kita lebih jauh? Satu-satunya, dan saya sedikit menyesal karena ini memang satu-satunya, cara untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi waktu untuk mengakses media sosial.
Instagram, sebagai platform media sosia terbesar, kini telah menyediakan bagian dari setting atau pengaturannya, dimana kita bisa menyetel berapa lama waktu maksimal untuk berada di platform tersebut. Bagian pengaturan ini dinamakan “daily reminder” yang agaknya tersembunyi dibalik opsi “activity”. Untuk itu, bagi kamu yang ingin membatasi waktu bermain Instagram, silahkan mengikuti cara setting daily reminder di Instagram berikut ini:
- Buka menu hamburger (tiga garis) dipojok kanan atas dan pilih “Your Activity” atau “Aktivitas Anda”

- Pilih “Time” di bagian atas dan perhatikan ada dua opsi yaitu, “Set Daily Reminder” dan “Notification Settings”

- Pilih “Set Daily Reminder” dan atur waktu maksimal kamu untuk berada di Instagram. Klik “Set Reminder”.

Beres!
Nantinya, Instagram akan mengingatkan kamu jika waktu bermain Instagram-mu sudah mencapai limitnya. Karena itu, sebaiknya kamu konsisten dengan pengaturan daily reminder yang sudah kamu tetapkan, ya.
Baca Juga:
Melansir dari Pusat Kesehatan Mental, Inggris, salah satu implikasi dari peningkatan pesat media sosial, yaitu hubungannya dengan kesehatan mental anak muda, telah menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian telah menyertakan bukti luas yang mendukung hubungan antara penggunaan media sosial dan kesehatan mental, dan hingga kini masih terus muncul bukti baru telah memberikan gambaran luas tentang dampak utamanya. Dengan begitu, popularitas media sosial sebagai media komunikasi bagi kaum muda perlu dicermati dengan seksama, karena bisa jadi justru memainkan peran yang lebih merugikan dari yang kita duga.
Dari statistik saja, jelas bahwa media sosial telah menjadi bagian integral (dan sebagian besar, tidak dapat dihindari) dari kehidupan kita. Apa yang disebut ‘kecanduan media sosial’ telah dirujuk oleh berbagai penelitian dan eksperimen. Diperkirakan bahwa kecanduan media sosial mempengaruhi sekitar 5% anak muda, dan baru-baru ini digambarkan berpotensi lebih membuat ketagihan daripada alkohol dan rokok.
Sifatnya yang ‘adiktif’ berpengaruh pada tingkat kompulsif penggunanya. ‘Dorongan’ untuk memeriksa media sosial bagi seseorang mungkin terkait dengan kepuasan instan (kebutuhan untuk mengalami kesenangan jangka pendek yang cepat) dan produksi dopamin (zat kimia di otak yang terkait dengan penghargaan dan kesenangan). Keinginan untuk ‘hit’ dopamin ini, ditambah dengan kegagalan untuk mendapatkan kepuasan instan, dapat mendorong pengguna untuk terus-menerus menyegarkan feed media sosial mereka.
Apa yang berbahaya dari penggunaan kompulsif ini adalah, jika kepuasan tidak dialami, pengguna dapat menginternalisasi keyakinan bahwa ini karena mereka ‘tidak populer’, ‘tidak lucu’, dan lain sebagainya. Kurangnya ‘like’ pada postingan terbaru dapat menyebabkan penilaian diri yang negatif. Sebagai refleksi, mendorong ‘penyegaran’ halaman secara terus-menerus dengan harapan melihat bahwa orang lain telah ‘menikmati’ postingan tersebut, hal itu seolah membantu mereka mencapai validasi pribadi. Meskipun persepsi ini mungkin tidak benar-benar mencerminkan citra seseorang di mata orang lain, namun jika tidak adanya kepuasan dapat memperkuat perasaan cemas dan kesepian.
Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh OECD, misalnya, menemukan bahwa mereka yang menggunakan media sosial lebih intensif rata-rata memiliki kepuasan hidup yang lebih rendah. Hal lainnya yang terkait dengan keinginan untuk kepuasan instan ini adalah dampak negatif dari platform ini terhadap kualitas tidur dan pola waktu tidur.
Data dari studi kualitatif menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara kompulsif dapat merusak pola tidur, yang dapat berdampak buruk pada performa anak muda di sekolah. University of Glasgow menemukan bahwa kaum muda merasa sulit untuk bersantai setelah penggunaan media sosial di malam hari, karena ini mengurangi kemampuan otak mereka untuk bersiap tidur. Lebih jauh, kurangnya kualitas tidur dapat menyebabkan kesehatan mental yang lebih buruk, dan kesehatan mental yang buruk dapat menyebabkan penggunaan waktu malam yang intens dan kurang tidur; ini seperti lingkaran setan.
Karena itu, sekali lagi, mengurangi waktu bermain media sosial masih menjadi cara terbaik yang ditemukan hingga kini untuk menyelamatkan mentalmu dari lingkaran setan tersebut. Merujuk pada penelitian diatas, apa yang kita ketahui tentang bahaya media sosial, ada baiknya mengikuti cara setting daily reminder di Instagram tadi. Selamat mencoba, semoga bermanfaat!