
Menjalani kehidupan berumah tangga, berarti siap menanggung semua permasalah yang ada di dalamnya. Dalam berumah tangga, masing-masing pasangan suami-istri memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan terpenuhi. Memenuhi hak dan kewajiban adalah salah satu cara agar hubungan dalam rumah tangga tetap harmonis.
Kendati demikian, Kehidupan rumah tangga tak pernah luput dari permasalahan. Ada saja problematika yang melanda. Jika tak kuat-kuat iman, bisa jadi menggoyahkan pernikahan.
Salah satu permasalahan yang kerap jadi “bumbu” rumah tangga adalah soal finansial. Ya, ada kalanya para istri mengeluh lantaran merasa kebutuhan finansialnya tak terpenuhi, akibat penghasilan suami yang terbatas atau mungkin karakter suami yang sangat perhitungan.
Dalam pernikahan, terdapat sebuah momen sakral yaitu Ijab Kabul. Dalam ijab kabul ini tidak hanya menghalalkan sebuah hubungan saja akan tetapi sudah termasuk sebuah perjanjian didalamnya bahwa suami akan mengambil alih segala yang menjadi kebutuhan istrinya yang sebelumnya merupakan tanggung jawab dari Ayahnya.
Baca Juga:
Selain kebutuhan pokok sandang, pangan, dan papan tentunya, termasuk kebutuhan untuk mempercantik diri, rekreasi dan nafkah batin hidup dalam ketenangan.
Lalu bagaimana hukumnya jika seorang suami cenderung pelit, membatasi pemberian terhadap istri? Yuk, simak ulasan berikut ini!
Apa Perbedaan Nafkah dan Uang Belanja ?
Dewasa ini, banyak suami menganggap bahwa yang dinamakan nafkah adalah segala kebutuhan dapur yang wajib dipenuhi. Sehingga mayoritas masih bertahan pada pola pikir, ketika mereka sudah memberikan sejumlah uang untuk segala kebutuhan rumah tangga dan keperluan sekolah anak-anak, mereka berpikir bahwa mereka telah memenuhi kewajiban memberi nafkah pada istrinya.
Namun sebenarnya, pengertian nafkah itu sendiri berbeda dengan uang belanja bulanan seperti yang diasumsikan sebelumnya.
Uang belanja berupa uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, membayar rekening listrik dan air, dan biaya kebutuhan hidup lainnya. Sedangkan nafkah istri adalah yang khusus yang diberikan suami kepada istrinya atau uang saku untuk kebutuhan pribadinya seperti alat kecantikan, barang-barang pribadi, pakaian dan lain sebagainya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka,” (QS. An-Nisa: 34).
Kesalahan persepsi tersebut yang akhirnya menimbulkan asumsi yang sama dikalangan para istri. Sehingga mereka memilih untuk mengalah jika ternyata uang yang diberikan suaminya hanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga saja. Tak jarang para istri berpikir ribuan kali untuk meminta lebih kepada suaminya untuk keperluan dirinya. Masalahnya, sang istri merasa suami akan menjawab hal yang sama bahwa ia sudah menunaikan kewajibannya.
Mengapa Suami Pelit ?
Menafkahi istri hukumnya wajib menurut Al-Qur’an dan sunnah. Sungguh buruk jika seorang suami memiliki harta tapi bakhil kepada istrinya. Berapa banyak rumah tangga yang tidak bahagia lantaran kekikiran suami dalam memberi nafkah.
Penting diketahui, di antara hak istri yang harus dipenuhi suami adalah memberi nafkah dengan baik sesuai dengan kemampuan dan kelapangan rezekinya. Sebab, Allah berfirman:
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Ath-Talak: 7).
Dalam perkara nafkah, seringkali seorang istri merasa suaminya membatasi pemberian nafkah dan kebutuhan rumah tangganya. Tingginya ekspektasi pranikah menjadi penyebab ia tidak begitu memahami kondisi ekonomi yang adakalanya berubah-ubah.
Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan ini menjadikan para istri berasumsi bahwa suami mereka memiliki sifat terlampau hemat alias pelit. Namun sebelum kita mengasumsikan apakah suami itu sebenarnya “Pelit” atau sekedar “Perhitungan”, kita harus mengetahui terlebih dahulu alasan suami membatasi pemberian nafkah dalam rumah tangga.
Berikut ini adalah beberapa alasan yang seringkali ada di pikiran suami ketika membatasi nafkah dalam rumah tangga:
Pertama, bisa jadi penyebab suami pelit karena dari faktor sang istri. Misalnya saja karena istri yang terlalu boros dan tidak bisa dipercaya untuk mengurus keuangan keluarga, maka suami membatasi pengeluaran. Disinilah istri wajib intropeksi diri.
Jika suami pelit karena hal tersebut, maka seorang istri harus mulai belajar mengatur keuangan keluarga dengan baik. Ia harus memahami bahwa berbelanja sesuatu yang tidak mendesak adalah suatu hal yang kurang baik. Istri harus bisa membedakan mana hal-hal yang diinginkan dan mana yang diperlukan.
Kedua, faktor kondisi keuangan keluarga. Kondisi keuangan keluarga juga bisa menjadi salah satu penyebab dari sikap perhitungan dan pelitnya seorang suami. Kondisi keuangan keluarga yang serba pas-pasan dan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi, akan membuat seorang suami berhemat dan lebih berhati-hati dalam menyusun anggaran keluarga. Misalnya saja suami berencana membeli rumah, menabung untuk biaya pendidikan anak-anak, dan lain sebagainya.
Kalau penyebab suami perhitungan dan pelit dikarenakan faktor ini, seorang istri harus mendukung dan ikut membantu suami dalam urusan keuangan keluarga dengan cara menyusun prioritas, menghemat pengeluaran, dan lain-lain.
Ketiga, faktor latar belakang suami. Kondisi ekonomi di masa lalu juga bisa menjadi faktor penyebab sifat pelitnya seorang suami. Mungkin sang suami berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga ia tidak ingin kondisinya di masa lalu dialami lagi oleh anak-anaknya. Sehingga ia sangat berhati-hati mengeluarkan uang.
Namun, apapun itu faktornya, hal ini dapat diketahui dan diselesaikan dengan saling terbukanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, sehingga keduanya dapat dengan mudah mengerti keadaan, maksud dan tujuan, mengapa suami cenderung pelit atau perhitungan.
Jika Suami Pelit Tanpa Alasan, Ini Cara Menghadapinya!
Seorang istri tentunya tidak berharap menikah dengan seorang lelaki yang bakhil atau pelit. Apalagi jika ia pelit kepada istri dan anak-anaknya, namun di sisi lain ia menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak jelas, seperti sering membeli rokok, mengeluarkan banyak uang untuk hobinya yang tidak penting, sering mengajak teman-temannya makan di tempat yang mahal, atau sering gonta-ganti handphone atau gadget keluaran terbaru, dan lain sebagainya.
Lalu bagaimana solusinya jika suami pelit menafkahi istri?
Istri diperbolehkan untuk mengambil uang yang ada pada suami sesuai dengan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Perkara ini pernah diriwayatkan dalam hadits tentang Hindun binti ‘Utbah radhiallaahu ‘anha, saat beliau mengadu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, Abu Sufyan itu (suami Hindun) tidak memberikan nafkah yang mencukupi kebutuhanku dan kebutuhan anakku”.
خذي من ماله بالمعروف ما يكفيك ويكفي بنيك
“Ambillah sebagian dari hartanya secara baik-baik, sesuai dengan apa yang mencukupi kebutuhanmu dan anakmu.” Jawab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari 2211 dan Muslim 4574).