
Kenali 4 Penjara yang Harus Ditaklukan oleh Manusia dalam Kehidupan
Satu-satunya jalan dalam menghadapi gempuran dunia sekarang ini adalah membuat diri kita menjadi tangguh. Jalan untuk bisa menjadi tangguh untuk hari ini adalah dengan ilmu. Hanya ilmu dan pengetahuan yang akan membuat kita menjadi lebih tangguh. Maka sebisa mungkin kita luaskan wawasan kita. Begitulah penuturan dari Dr. Fahrudin Faiz, S. Ag., M.Ag.
Dalam sebuah kelas kajian filsafat di salah satu kanal YouTube Dr. Faharudin Faiz menyampaikan pesan bahwa menjadi menusia haruslah berproses atau becoming. Beliau pun menyampaikan sebuah kutipan dari Syari’ati yang berbunyi. “Manusia harus bergerak, tidak boleh diam”.
Artinya, manusia harus bergerak atau melakukan proses, proses inilah yang diistilahkan beliau Dari Being Menjadi Becoming. Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di dunia. Agar tugasnya sukses, manusia tidak hanya menjadi being tetapi juga harus menjadi becoming. Becoming artinya berproses.
Manusia tidk boleh statis dalam hal apapun. Mereka harus bergerak, gerak yang dimaksud bisa seperti membaca, menulis, dan melakukan hal lainnya. Kita tentu pernah mendengar istilah, “Di atas langit masih ada langit”, karena kita mencari contoh yang lebih dari diri sendiri. Karena itu, manusia harus terus becoming.
Baca Juga:
Menurut Syarri’ati, ada tiga syarat menjadi becoming, yaitu sadar, bebas, dan kreatif. Sadar di sini artinya sadari siapa dirimu, posisimu, targetmu, keinginanmu, jati dirimu dan masih banyak lagi. Setelah sadar kemudian bebas, selama manusia masih memiliki banyak ketergantungan terhadap apapun. Baik benda, orang, atau apapun mereka tidak akan bisa bergerak atau lebih parahnya tidak akan dapat melakukan perubahan. Maka dari itu, manusia harus membebaskan dirinya. Bebas menjadi sangat berarti, karena bebas mernjadi proses pertama untuk becoming dan membebaskan diri dari kungkungan apapun.
Terakhir, syarat menjadi becoming adalah kreatif. Kreatif berarti melakukan perubahan. Jika manusia tidak berani kreatif, maka tidak akan ada yang berubah. Kekuatan imajinasi dan kreativitas haruslah diasah terus atau harus bermain.
Manusia, jika hanya menurut saja dengan apa yang selama ini berjalan. Mereka tidak akan pernah bebas. Namun ketika mereka berani untuk melakukan perubahan secara terus menerus. Dari situ pula Allah akan menantang manusia menjadi khalifah. Tugas manusia adalah mengelola dunia dan isinya. Bukan hanya menjadi aktor yang hanya bisa merusak bumi dan isinya.
Menurut Ali Syari’ati ada empat jenis penjara dalam hidup manusia. Jika kita bisa menaklukan empat penjara itu. Kalau tidak, kita tidak akan bisa sukses menjadi manusia sejati.
Penjara Alam
Penjara alam adalah lingkungan yang ada di sekeliling kita. Hari ini hujan, taklukan hujan dan jangan mau dikalahkan oleh hujan. Maka dari itu, pelajari mekanisme hujan, pelajari air yang turun terus buatlah teknologi payung, teknologi jas hujan. Itu semua adalah cara menaklukan hujan. Jadi, dengan begini manusia menjadi khalifah yang dapat menaklukan hujan dengan sains. Barulah manusia bisa keluar dari kungkungan alam semesta.
Penjara Sejarah
Penjara di dalam hidup ini ada sunatullah-sunatullah. Kuasa semuanya dengan belajar. Jika kamu tidak bisa membaca ini, manusia akan kalah oleh sejarah. Indonesia saat ini tidak maju karena kalah dengan sejarah. Contoh sederhananya, menjaga kebersihan adalah sebagaian dari iman. Bagi sebagian orang yang paham ilmunya, maka mereka dapat menjaga lingkungan dan ekosistem yang ada di sekitarnya dengan baik.
Sebaliknya, jika mereka tidak menerapkan ilmunya. Maka berbagai macam musibah akan datang. Contoh Bandingkan saja Indonesia dengan negara Asia lainnya. Di Indonesia sampah sangat mudah ditemukan tetapi di negara lain seperti Jepang sangat sulit menemukan sampah. Ini karena mereka sangat peduli dengan lingkungan dan juga ekosistem. Maka dari itu, mereka selalu menciptakan teknologi kebaruan.
Penjara Masyarakat
Penjara yang ketiga adalah masyarakat. Ada banyak sekali konvensi-konvensi yang merugikan perkembangan kita menuju ke arah yang lebih baik dan yang lebih sempurna. Ada kesepakatan-kesepakatan yang mendegradasi kemanusiaan. Tidak mesti suaranya orang banyak itu baik dan benar. Ini karena masyarakat terkadang tidak menggunakan logika benar dan salah tetapi logika kerumunan.
Logika kerumunan itu seperti teori psikologi sosial. Jika satu orang mengatakan A, maka sisanya akan mengikuti dengan mengatakan A. Apalagi jika yang mengatakan A adalah orang yang sangat dipercaya. Secara otomatis semuanya akan mengatakan A juga, Inilah yang dimaksud dengan kerumunan.
Logika kerumunan membuat kita menjadi tidak autentik. Jadi masyarakat sering jadi penjara. Kadang masyarakat juga menyepakati hal yang keliru. Oleh karena itu, urusan benar atau salah jangan hanya mengandalkan jumlah. Hari ini banyak orang yang logikanya mayoritas dan minoritas.
Nabi pernah berkata, “Besok si akhir zaman umat Islam itu jumlahnya banyak tetapi seperti buih di lautan.” Buih di lautan itu berdampingan terus tetapi kemudian bubar karena terlalu gampang dipermainkan. Ini karena manusia terlalu cinta pada dunia. Khawatir dunianya dimiliki oleh orang lain. Khawatir dunianya dinikmati orang lain. Sehingga kahirnya menyepakati hal-hal yang kontradiktif dengan kebenaran.
Penjara Ego
Penjaga terakhir adalah yang paling sulit. Kenapa? Karena penjara ego artinya kamu harus melawan atau bertarung dengan dirimu sendiri. Bebaskan dirimu sendiri. Bebaskan dirimu dari egomu. Menurut Ali Syari’ati, jalan yang paling ampuh untuk membunuh ego adalah cinta.
Orang yang dipenjara oleh egonya, itu biasanya hidupnya dikendalikan oleh hasrat, ambisi, yang levelnya menurut Ghazali adalah level kebinatangan. Baik itu binatang buas maupun binatang ternak. Jika itu dimensi kepemilikan adalah cinta dunia. Orang yang ego yang akan dibelanya adalah -ku. Masjidku, bukuku, kelompokku, itu biasanya sudah ego yang bermain. Jika sudah ada -ku artinya kamu telah menafikan yang lainnya.
Begitu juga dengan -mu dan -nya, Dari situ muncullah ego. yang akan terus membuatmu menjadi lebih buruk lagi. Karena akan membuat kamu menjadi lebih keliru dalam menilai sesuatu. Empat penjara itulah yang harus ditaklukan oleh manusia dalam menjalani kehidupan dunia dan pedoman untuk mencapai kebahagiaan di tempat yang paling abadi.