
Klasifikasi, Etiologi, dan Patofisiologi Penyakit Jantung Bawaan (Congenital Heart Disease)
Congenital heart disease atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan struktur jangtung yang dialami sejak lahir, hal ini mengakibatkan adanya gangguan pada aliran darah dari dan ke jantung baik yang tergolong ringan maupun kompleks sehingga berpotensi membahayakan nyawa yang mengidap penyakit ini.
Klasifikasi
Umumnya penyakit jantung bawaan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Penyakit jantung sianotik
Penyakit jantung sianotik terjadi jika terdapat hubungan pirau, dimana darah mengalir dari bilik jantung kanan ke bilik jantung kiri
Baca Juga:
2. Penyakit jantung asianotik
Penyakit jantung asianotik jika terdapat hubungan pirau, dimana darah mengalir dari bilik kiri ke bilik jantung kanan
Etiologi
Congenital heart disease atau penyakit jantung bawaan disebabkan oleh cacat jantung bawaan, seringkali kedua istilah ini digunakan secara bergantian. Hal yang diduga penyebab terjadinya penyakit jantung bawan, yaitu :
- Genetik
- Alkohol
- Infeksi
- Diabetes
- Obat-obatan
Patofisiologi
Jantung merupakan salah satu organ yang paling awal terbentuk, patofisiologi congenital heart disease atau penyakit jantung bawaan dimulai dari masa embrio. Berikut adalah patofisiologi dari penyakit jantung bawaan.
Embriologi jantung
Perkembangan pada jantung dimulai sejak awal berkembangnya embrio, pada embrio berkembang membentuk 3 lapisan yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Pada lapisan mesoderm terbentuk lah otot, jaringan ikat di kepala, badan, tulang, serta sistem kardiovaskuler. Pembentukan pada jantung primitif berlangsung sekitar hari ke-20 sejak terjadinya konsepsi.
Terbentuknya jantung terdiri dari 2 tabung endokardium, endokardium ini menyatu dan kemudian memasuki regio toraks seiring dengan terjadinya lipatan embrio. Tabung yang menyatu akan melipat dari kanan ke kiri sehingga bentuk jantung semakin jelas dan posisi jantung menjadi sebelah kiri rongga toraks, sedangkan bagian yang tidak menyatu pada bagian atas dan bawah akan terbentuk pembuluh darah yang besar. Setelah penyatuan selesai kira-kira hari ke-28 sejak konsepsi jantung membentuk ruang ventrikel dan atrium, kemudian irama sinus dapat terlihat kira-kira setelah 16 minggu.
Sirkulasi fetal dan adaptasi ekstrauterin
Di dalam uterus, bayi mendapatkan nutrisi dari sirkulasi plasenta. Darah dari plasenta mengalir ke vena kava inferior menuju atrium kanan kemudian sebagian darah dialirkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Sebagian darah yang lainnya mengalir ke ventrikel kanan, kemudian dialirkan ke arteri pulmonalis. Resistensi pada arteri pulmonalis masih tinggi akibat foramen ovale yang terbuka, darah dialirkan ke aorta melalui duktus arteriosus, darah dari ventrikel kiri mengalir ke aorta bergabung dengan darah yang dari ventrikel kanan sehingga saturasi oksigen fetal hanya mencapai sekitar 65%. Rendahnya saturasi oksigen akan merangsang terbentuknya prostaglandin, prostaglandin inilah akan mempertankankan duktus arteriosus agar tetap terbuka.
Setelah kelahiran, sirkulasi umbilikal ditutup, hal ini menyebabkan penurunan tekanan darah jantung kanan sehingga foramen ovale menutup. Darah yang dari ventrikel kanan mengalir ke arteri pulmonalis menuju ke paru-paru, saturai akan meningkat hingga 95% dan akan merangsang terhentinya pembentukan pada prostaglandin. Kadar prostaglandin ini akan menurun hingga terjadinya penutupan duktus arteriosus, hal ini terjadi pada hari ke 7 sampai hari ke 10 setelah kelahiran.