Suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang dalam proses mencapai kenikmatan dan kebahagiaan. Diantara kita dan dalam kehidupan masyarakat masih terdapat banyak orang yang sungguh-sungguh berkehendak baik, yaitu manusia yang merasa prihatin atas aneka tindakan kejam yang ditujukan kepada sesama manusia yang tidak saja prihatin, melainkan berperan serta mengurangi penderitaan sesamanya, serta manusia yang berusaha keras tanpa pamrih untuk melindungi, memelihara dan mengembangkan lingkungan alam ciptaan secara berkelanjutan. Ada keinginan alamiah manusia untuk menghindari penderitaan. Tetapi justru penderitaan itu merupakan bagian yang terkandung dalam kemanusiaannya. Lalu apa hubungan manusia dan penderitaan?
Hubungan Manusia dan Penderitaan
Tuhan adalah pencipta alam semesta yang memiliki segala kekuasaan. Tuhan menciptakan mahluk yang bernyawa dan tak bernyawa. Allah tetap kekal dan tak pernah terikat dengan penderitaan. Berbeda dengan makhluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan keinginannya. Makhluk hidup terikat dengan pembaharuan dalam diri, seperti memerlukan bahan pangan untuk kelangsungan hidup, air, dan udara.
Apa bila tidak terpenuhi manusia akan mengalami penderitaan. Jika kebutuhan tersebut sengaja tidak dipenuhi manusia telah melakukan penganiayaan. Di sisi lain jika hasrat menjadi patokan untuk selalu dipenuhi akan membawa pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal.
Manusia di dunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada penderitaan dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani yang terkadang muncul dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan menyadari kesalahanya. Namun jika tidak menyadarinya, manusia akan semakin menjauhkan diri dan inilah yang akan membawa manusia kepada penderitaan yang kekal (akhirat).
Cara Manusia Menghadapi Penderitaan
Dalam kehidupan yang dijalaninya, manusia kerap menyerah ketika menghadapi suatu masalah atau penderitaan hidup. Baik secara fisik maupun batin, yang membuat mereka putus asa dan berpikir bahwa tidak layak untuk hidup. Bagi mereka yang berpikir demikian, kematian tentu menjadi jalan yang akan ditempuhnya. Namun sebaliknya, bagi mereka yang tetap ingin berjuang akan mencari jalan keluarnya. Apapun itu, meski terkadang yang ditempuh adalah jalan pintas yang membawa kesesatan yang berkelanjutan.
Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya? Dilihat dari jenis penderitaan, secara penderitaan fisik yang dialami dapat diatasi dengan cara medis, sedangkan penderitaan psikis penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya.
A. Siksaan
Siksaan merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, baik disengaja maupun tidak. Siksaan berupa jasmani dan rohani bersifat psikis, kebimbangan, kesepian, ketakutan. Siksaan bersifat Psikis, yaitu:
- Kebimbangan, memiliki arti tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan dipilih.
- Kesepian merupakan rasa sepi yang dia alami pada dirinya sendiri/ jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.
- Ketakutan adalah sebuah sesuatu yang tidak dinginkan yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar – besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia.
Penyebab seseorang merasakan ketakutan, antara lain:
- Claustrophobia dan agrophobiaadalah rasa takut terhadap ruangan tertutup.
- Gamangadalah rasa takut akan tempat yang tinggi.
- Kegelapanadalah rasa takut bila seseorang berada di tempat gelap.
- Kesakitanmerupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami.
- Kegagalanketakutan dari seseotang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.
B. Kekalutan Mental
Dalam ilmu psikologi penderitaan batin dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Penyebab timbulnya kekalutan mental, yaitu kepribadian yang lemah, konflik sosial budaya, dan pematangan batin. Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah:
- Jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
- Jiwa yang dipenuhi dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
- Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
- Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social.
- Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, (orang-orang melankolis).
- Terjadinya konflik sosial–budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah:
- Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohani.
- Usaha mempertahankan diri dengan cara negative.
- Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
- Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
- Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah.
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negatif. Positif; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebgai usaha agar tetap survey dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya. Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapai nya apa yang diinginkan. Bentuk frustrasi antara lain:
- Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
- Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau ke kanak-kanakan
- Fiksasi; adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu.
- Proyeksi; merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang lain.
- Identifikasi; adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya.
- Narsisme; adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain.
- Autisme; ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasi nya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Sebab-Sebab Terjadi Penderitaan
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
- Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan sebagai akibat dari perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik.
Artinya, manusia itu sendirilah yang bisa mengubah nasibnya. Adapun perbedaan antara nasib buruk dan takdir, kalau takdir Tuhan yang menjadi penentunya sedangkan nasib buruk itu manusialah penyebabnya. Karena perbuatan buruk antara sesama manusia menyebabkan menderitanya manusia yang lain.
2. Penderitaan timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan.
Penderitaan manusia terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia, misalnya:
Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar ia menerima cobaan ini. Bertahun-tahun ia menderita penyakit kulit, sehingga istrinya bosan memeliharanya, dan ia dikucilkan. Berkat kesabaran dan pasrah kepada Tuhan, sembuhlah Ia dan tampak lebih muda, sehingga istrinya tidak mengenalinya lagi. Di sini kita dihadapkan kepada masalah sikap hidup kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya, pasrah, tetapi juga sikap hidup yang lemah, seperti kesetiaan dan kesabarn sang istri yang luntur, karena penyakit Nabi Ayub yang lama.
Pengaruh Penderitaan
Penderitaan memiliki pengaruh yang bermacam-macam dan sikap individu dalam menanggapinya pun berbeda. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa, “nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan dan sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif, yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dan penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Misalnya, berpikir kreatif, tidak mudah menyerah, dan selalu berusaha.