
Memahami Arti “Gelay” yang Diucapkan Nissa Sabyan
Membicarakan kata ‘gelay’ yang beberapa hari terakhir yang jadi perbincangan publik. Sosok Nissa Sabyan menjadi sorotan karena cara pengucapan yang terlihat manja dan nada bicaranya bergaya anak remaja. Perwujudan kata ‘gelay’ pun mencuat menjadi bahan konten mulai dari tulisan hingga video. Apa sih makna dari ‘gelay’ yang sesungguhnya?
Setelah diketik di Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘gelay’ tidak termasuk ke dalam ragam bahasa tulis. Kata ‘gelay’ juga tidak termasuk ke dalam ragam cakapan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ada yang berasumsi kata ‘gelay’ diartikan geli dan juga gak like (gak laik). Konsonan k dari kata laik dihilangkan menjadi lai. Namun kemudian konsonan y dan fonem vokal i terdengar sama. Misalnya, Gulai dan Gulay, keduanya bermakna makanan yang berkuah hanya saja pengucapan fonem konsonan y dan i dianggap memiliki persamaan bunyi ketika diucapkan.
Bandingkan dengan kata ‘say’ yang rupanya tercantum ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang bermakna sayang (digunakan sebagai sapaan). Kata ini juga banyak diucapkan oleh perempuan dan ada yang berasumsi bahwa yang mengucapkan kata tersebut termasuk perempuan yang sangat feminim. Persamaan kata ‘gelay’ dan ‘say’ adalah dibawakan dengan nada manja ala perempuan.
Namun di sini, kita akan menilik kata ‘gelay’ dari sudut pandang wacana. Wacana tidak terlepas dari media tulis dan lisan, karena keduanya memiliki kaitan yang sangat erat. Perlu dipahami bahwa, tidak semua teks mengandung wacana, akan tetapi setiap wacana pasti merupakan suatu teks. Terkait dengan syarat wacana, selain harus memuat teks maka juga harus ada unsur lain, yakni ko-teks dan konteks.
Baca Juga:
Teks
Menurut Kridalaksana (2011:238), teks adalah suatu ujaran yang dihasilkan berdasarkan tindak tutur berupa kalimat, kata dan lainya dalam satuan bahasa lengkap yang bersifat abstrak. Teks dapat diwujudkan dalam percapakan maupun transkirp tertulis seperti yang terdapat pada novel atau puisi (Fairclough, 1995:4).
Oleh sebab itu, teks merupakan kesatuan bahasa yang memiliki kesatuan bentuk llisan dan tulisan dari penyampai pesan kepada penerima pesan. Terkait hubungan dengan wacana, Nunan (1993:6) menjabarkan istilah teks dan wacana dapat saling bertukar, sehingga definisi keduanya bisa sama.
Ko-teks
Ko-teks adalah unsur-unsur yang mendahuli atau yang mengikuti dalam wacana. Ko-teks tidak hanya berupa kalimat dan pargraf yang lengkap, tetapi juga dapat berupa frasa atau kata. Teks dan ko-teks memiliki kedudukan yang sama atau secara terpisah dalam suatu teks.
Teks ini juga dapat dikatakan memiliki ko-teks karena adanya timbal balik dari kalimat yang diucapkan atau dalam bentuk tulisan. Sepintas ko-teks dan kohesi terlihat sama yakni menunjuk pada suatu yang ada pada wacana.
Konteks
Konteks merupakan aspek lingkungan yang secara fisik atau sosial kait mengkait dalam suatu ujaran atau teks yang muncul (Kridalaksana, 2011:134). Konteks juga dapat menjadi sebab atau yang melatarbelakangi suatu dialog. Suatu wacana atau paragraf masih harus ada keterkaitan unsur- unsur dalam satu konteks untuk dapat dipahami bersama.
Konteks dalam wacana terdiri dari konteks linguistik, konteks situasi, dan konteks budaya. Konteks linguistik yakni unsur-unsur dalam kalimat dan paragraf. Konteks situasi yakni keadaan suatu ujaran itu muncul. Konteks budaya yakni faktor umur, jenis klamin, dan sosial.
Dapat dicontohkan pada suatu kalimat di bawah ini :
“Assalamualaikum, kalian nungguin aku nggak? Nggak mau, nggak suka gelay,” kata Nissa dalam video tersebut. (teks)
Kalimat ini biasanya muncul pada suatu keadaan di mana seseorang berusaha mengungkapkan ketidaksukaan atau penolakan terhadap sesuatu. jalan atau gang, walau pada saat kita melewati tempat tersebut tidak ada anak yang lalu lalang. Dari kalimat ini dapat dijabarkann bahwa unsur teks yakni keseluruhan kaimat.
Unsur ko-teks yakni ucapan “gelay”. Unsur konteks yakni lingkungan di mana terlihat pada video (Nissa Sabyan) tersebut diucapkan ketika sedang berinteraksi dengan teman-temannya di tengah keramaian.
Dari contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian ‘gelay’ pada konteks wacana berupa teks lisan dari sebuah video bermakna ‘tidak suka’ atau sebuah penolakan. Teks dan ko-teks bersifat koordinatif, sedangkan peran konteks yakni mengurangi ambiguitas pesan, karena teks yang muncul pada tempat yang berbeda akan bermakna berbeda pula.
Sebenarnya kata ‘gelay’, telah banyak digunakan anak-anak pada zaman dulu. Namun frasa ini kembali muncul ke permukaan dibawa oleh Nissa Sabyan dengan gaya khasnya. Maka semakin banyaklah orang-orang yang mulai mengucapkan kata tersebut. Sekali lagi, perlu ditekankan bahwa satu kata atau frasa memiliki makna yang berbeda sesuai dengan konteksnya.
Mungkin akan berbeda juga makna ‘gelay’, ketika kata itu diucapkan saat seseorang dihadapkan dengan hewan seperti ular. Maka kemungkinan besar makna kata tersebut adalah ‘geli’, penolakan halus terhadap sesuatu yang tidak disukai.
Indonesia, termasuk negara yang memiliki ragam bahasa percakapan yang bervariasi. Kondisi ini membuat Indonesia lebih mudah dikenal oleh negara lain. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan sifatnya kebaruan yang mengalami pembaruan setiap saat.
Bahkan sekarang ‘gelay’ menjadi kata yang sudah go internsional. Sejak video Nissa Sabyan yang viral dan banyak diparodikan oleh para pengguna akun media sosial terkhususnya pengguna Tiktok dan juga Instagram memenuhi kolom pencarian.
Hanya dengan mengetik kata ‘gelay’ saja mungkin kamu akan menemukan ragam versi parodi yang dibawakan anak-anak hingga orang dewasa. So, apa kamu sudah coba mengucapkan ‘gelay’ hari ini?