Peristiwa Pengangkatan Nabi Muhammad SAW Menjadi Rasul

Saat itu, di bulan Ramadhan tepatnya tanggal tujuh belas (6 Agustus, tahun 610 M) Nabi Muhammad SAW. menerima wahyu pertama ketika berada di gua Hira. Sudah beberapa bulan beliau SAW. berada di sana untuk merenungi keadaan kotanya. Karena letak gua ini berada di ketinggian dan memperlihatkan secara menyeluruh seisi kota, menjadi tempat yang sempurna bagi suami dari Khadijah ra., pebisnis ternama di Mekkah kala itu, untuk memperhatikan keadaan masyarakatnya.

Tepat di malam hari Senin, malaikat Jibril as. turun, datang padanya untuk mengatakan secara langsung wahyu pertama dari Tuhannya. Yaitu, ayat pertama sampai kelima dari surah Al-Alaq:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ – ١
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ – ٢
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ – ٣
الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ – ٤
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ – ٥

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhamu-lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara qolam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Tentu tidak serta merta beliau SAW. dapat langsung mengikuti tuntunan malaikat Jibril as. yang saat itu muncul dengan wujud aslinya. Wujud aslinya. Siapa yang akan kuat melihat sosok itu? Termasuk Nabi Muhammad SAW. yang menjadi begitu ketakutan. Sehingga malaikat Jibril as. terus menyerukan ayat pertama, “Bacalah!” yang dijawab oleh beliau SAW., “aku tidak bisa membaca.” Dan terus diulanginya hingga tiga kali sambil memegang tangan dan merangkul pundak manusia paling mulia itu. Membuat nafasnya terasa sesak.

Lalu, sampailah kelima ayat itu berhasil diulanginya. Kejadian yang luar biasa agung itu kelak akan menggemparkan seluruh isi kota Mekkah, seluruh tanah Arab, sehingga seiring masa menyebarkan getarannya ke seluruh dunia. Malam itu juga, setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW. menuruni Jabal Nur, dimana gua Hira terletak, dan pulang menuju rumahnya masih dengan gemetaran.

Istri yang menyambutnya berkata dengan cemas, “Wahai Abal Qasim, dari manakah engkau? Demi Allah, aku telah menyuruh orang untuk mencarimu hingga ke puncak Mekkah, namun mereka kembali tanpa membawa hasil apapun.” Abal Qasim adalah panggilan Nabi Muhammad SAW., karena anak laki-lakinya saat itu bernama Qasim (yang kemudian meninggal saat masih kecil). Tubuh beliau SAW. yang begitu menggigil langsung meminta untuk diselimuti oleh istrinya, “selimutilah aku. Selimutilah aku. Agar rasa gemetar ini hilang!”

Diambilnya selimut untuk menutupi tubuh gemetaran suami yang dicintainya itu, lantas berkata setelah beliau SAW. cukup tenang, “sungguh, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu.” Khadijah ra. meminta suaminya untuk bercerita apa sesungguhnya yang telah terjadi sehingga membuatnya segemetar itu. Tidak lama, Nabi Muhammad mulai menceritakan tentang peristiwa turunnya wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril as. di gua Hira kepadanya.

Mendengar peristiwa yang agung itu, Khadijah ra. langsung menenangkan beliau SAW. dengan berkata, “Jangan takut. Bergembiralah! Allah tidak akan merendahkanmu. Sesungguhnya engkau menyambung hubungan keluarga, menafkahi kerabat, dan membantu orang-orang tidak mampu. Memberikan jamuan kepada tamu serta menolong orang-orang yang tertimpa musibah. Allah tidak akan mengizinkan setan mengganggumu, mereka tidak akan membuatmu tenggelam dalam khayalan. Tidak bisa diingkari lagi, Allah SWT. telah memilih engkau untuk memberi petunjuk kepada kaummu.”

Demikian agunglah peristiwa pengangkatan Nabi Muhammad SAW. menjadi Rasul.

Tepat seperti perkataan istrinya yang setia, yang telah memberikan segenap harta dan jiwanya dalam perjalanan dakwah beliau SAW., ajaran dari wahyu Al-Qur’an terus menyebar ke seluruh pelosok negeri Arab dan ke seluruh pelosok dunia. Al-Qur’an yang secara sempurna diturunkan berangsur-angsur selama 23 tahun, tidak pernah berubah isinya dan sampai detik ini, telah dihafal oleh jutaan orang di seluruh dunia. Ajaran Al-Qur’an yang dibawanya akan terus menyebar hingga akhir zaman, karena beliau SAW. diutus sebagai Nabi terakhir bagi ummat manusia.

Hebatnya, baik yang mengimani Nabi Muhammad SAW. ataupun tidak, akan merasa terkagum-kagum dalam sanubari mereka dengan kisah hidupnya yang telah mengubah sejarah manusia untuk selamanya. Hal ini, menjadikan sosok Nabi Muhammad SAW. sebagai manusia paling berpengaruh nomor satu di dunia, versi buku “The 100” oleh Michael H. Heart. Dan sebagaimana yang telah Allah katakan padanya,

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ

“dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.” (QS. Al-Insyirah: 4).

Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat dan kasih sayangNya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. dan kepada semua ummatnya hingga akhir zaman. Allahumma sholli ‘alaa Muhammad.

Islam
Komentar (0)
Tambah Komentar