Film KKN di Desa Penari adalah film yang sangat booming di bulan Mei 2022. Bagaimana tidak? Jumlah penontonnya pun sudah mencapai 8 juta orang. Tadinya, film ini akan dirilis pada tahun 2020, namun berhubung terhalang oleh pandemi Covid-19, film ini baru bisa rilis di tahun 2022 ini.
Cerita KKN di Desa Penari ini berawal dari sebuah thread di Twitter pemilik akun bernama SimpleMan. Threadnya itu booming di tahun 2019. Akun SimpleMan itu menceritakan secara eksplisit kronologi KKN di sebuah desa yang berinisial ‘B’ yang konon katanya terjadi di tahun 2009-an. Nama mahasiswa, kampus, dan tempat KKN yang ada di dalam thread itu disamarkan, sehingga tidak ada yang tahu pasti apakah ini cerita asli atau sebuah karya tulisan. Cerita KKN di Desa penari ini dibagi menjadi 2 sudut pandang yaitu dari sudut pandang Nur dan dari sudut pandang Widya.
Saking boomingnya cerita KKN di Desa Penari, menarik banyak produser untuk mengangkat kisah ini menjadi sebuah film. Pada akhirnya di bulan Mei 2022, MD Entertainment merilis film KKN di Desa Penari ini tayang di seluruh bioskop Indonesia. Film ini dibintangi oleh Tissa Biani sebagai Nur, Adinda Thomas sebagai Widya, Aghniny Haque sebagai Ayu, Achmad Megantara sebagai Bima, Aulia Sarah sebagai Badarawuhi, Fajar Nugraha sebagai Wahyu, Calvin Jeremy sebagai Anton, dan masih banyak lagi artis lainnya.
Banyak sekali orang yang penasaran dengan alur cerita tersebut. Setiap kali saya ingin memesan tiket yang tayang di jam siang, saya selalu kehabisan tiket. Akhirnya, saya kebagian tiket nonton film ini di jam malam yaitu pukul 20.30 pada hari Jumat. Bioskop benar-benar penuh pada saat itu, sehingga tidak ada rasa takut ketika menonton film tersebut.
Saya merasa agak pusing ketika melihat film di awal-awal. Karena pengambilan gambarnya dirasa kurang halus, apalagi saat melihat adegan yang mana kamera dalam keadaan zoom dan memperlihatkan ular besar yang melingkar di pohon. Selain itu, saya juga pusing ketika melihat adegan Widya yang pandangannya menelusuri ruangan. Proses pergeseran pengambilan gambarnya itu terkesan tergesa-gesa.
Jujur, film KKN di Desa Penari ini tidak seram, asli tidak seram. Hanya ada efek Jumpscare dari suaranya aja. Penampakan setannya pun tidak seram seperti setan yang ada di film Kuntilanak, Bangsal 13, dll. Film ini juga tidak seseram film Suzanna, sehingga buat kalian yang penakut tapi ingin menonton film horor, kalian bisa menonton film ini. Film KKN di Desa Penari ini bisa dibilang ramah untuk ditonton oleh seorang yang penakut.
Untuk sosok Badarawuhi di dalam film ini begitu cantik, tidak ada kesan seram-seramnya. Hantu yang paling seram di film ini yaitu sosok Mbah Dok (sosok penjaga Nur) dan makhluk hitam berbulu yang matanya berwarna merah, yang muncul pada saat Nur hendak mandi.
Mengenai efek soundnya, saya rasa sudah bagus karena volume suaranya kencang, tidak berbisik-bisik, dan tidak banyak adegan heningnya. Karena paling males ya kalau misalkan nonton film horor yang sedikit dialognya. Karena hal itu bisa bikin jantung makin deg-degan selama menonton.
Banyak yang tidak tahu kalau film ini tidak baik untuk ditonton oleh anak di bawah umur. Karena ada sedikit adegan 18+ dan itu diulang sebanyak 2 kali. Saya sangat menyayangkan ketika ada keluarga yang menonton film ini membawa anak kecil, lalu tidak membimbingnya. Karena anak kecil otomatis langsung merekam adegan tersebut di dalam benaknya dan sewaktu-waktu akan meniru adegan tersebut.
Overall, film KKN di Desa Penari ini masih worth it untuk ditonton oleh penonton yang sudah berumur 18 tahun ke atas. Alur ceritanya jelas dan sesuai dengan thread yang ada di Twitter. Akhir dari film KKN di Desa Penari ini memiliki akhir cerita yang jelas dan tidak menggantung. Sehingga penonton akan merasa puas setelah menonton film ini dan tidak merasa kecewa setelah keluar dari ruang bioskop.
Selain itu, film KKN di Desa Penari ini juga memberikan pelajaran hidup bahwa kita harus beretika baik di mana pun kita berada. Kita harus mengikuti dan mematuhi norma, adat, dan aturan yang berlaku apabila kita berada di wilayah lain. Dan perlu diingat, jangan berbicara sompral!