Siapa Itu AL-KINDI? Berikut Sejarah Hidup, Karya, dan Jalan Pemikirannya AL-KINDI

0

Abu Yusuf Ya-cub ibnu Ishaq ibnu Al-Shabbah ibnu ‘Imran ibnu Muhammad ibnu Al-Asy’as ibnu Qais Al-Kindi dikenal sebagai Filosof kebangsaan Arab yang lahir di Kufah sekitar 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Ayahnya bernama Ishaq ibnu Al-Shabbah merupakan seorang gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (775-785 M) dan Al-Rasyid (786-809 M). Sementara Al-Kindi sendiri pernah mengalami masa pemerintahan lima Khalifah Bani Abbbas, yakni Al-Amin, Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, Al-Wasiq, dan AL-Mutawakkil.

Al-Kindi memperoleh pendidikannya di sebuah pusat studi bahasa dan teologi di Busrah, saat masih muda Al-Kindi menetap di Baghdad ibu kota kerajaan Bani Abbas yang saat itu dikenal sebagai jantungnya intelektual muda. Al-Kindi mendempatkan dirinya menjadi orang Islam pertama berkebangsaan Arab yang mendapat gelar Filasuf al-‘Arab.

Sebagai seorang cendikiawan Al-Kindi juga pernah menulis beberapa risalah tentang keadilan dan kemahaesaan Tuhan & perbuatan-Nya. Berkat kejeniusannya tersebut, Al-Kindi diangkat sebagai guru Ahmad putra al-Mut’tasim karena memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran yang kreatif dan inovatif.

ads by posciety

Sekelompok orang yang dipimpin oleh Muhammad dan Hamda serta dua orang putra ibnu Syakir yang tidak menyukai Al-Kindi berusaha memojokkan Al-Kindi, hal ini dikarenakan mereka beranggapan orang yang mempelajari filsafat kurang menghormati agama. Atas tuduhan itulah Al-Kindi didera dan perpustakaannya (Al-Kindiyah) disita.

Kecintaannya terhadap musik membuat dirinya menuliskan undang-undang mengenai seni musik yang berjudul “Musical sound” yang berpengaruh sampai ke Eropa, ia meyakini bahwa musik tidak hanya dimiliki oleh manusia tetapi juga hewan. Ia berpendapat bahwa alat musik mempengaruhi makhluk lainnya seperti ular dan buaya yang akan keluar dari tempat pesembunyiannya setelang mendengar suara seruling yang ditiup dengan baik.

Perihal kapan wafatnya seorang Al-Kindi tidak ada yang tahu kapan pastinya.

Karya Al-Kindi

Filosof berkebangsaan Arab ini patut disejajarkan dengan filosof-filosof Muslim non-Arab lainnya, Al-Kindi menyumbangkan banyak pengetahuan berharga dalam dunia filsafat Islam. Aktif dalam kegiatan penerjemahan buku-buku Yunani sekaligus mengoreksi serta perbaikan terjemahan orang lain, Al-Kindi menjadi penerjemah terkemuka yang mendapat penghargaan dari Khalifah Al-Ma’mun.

Tulisannya cukup banyak dalam berbagai disiplin ilmu, ritter menemukan ikshtisar Al-Kini sebanyak 25 risalah Al-Kindi di Istanbul dan beberapa risalah pendeknya ditemukan di Aleppo. Risalah-risalah yang ditemukan tersebut dikelompokan menjadi  17 kelompok yaitu:

  1. Filsafat
  2. Logika
  3. Ilmu Hitung
  4. Globular
  5. Musik
  6. Astronomi
  7. Geometri
  8. Sperikal
  9. Medis
  10. Astrologi
  11. Dialektika
  12. Psikologi
  13. Politik
  14. Meteorologi
  15. Dimensi
  16. Benda-Benda Pertama
  17. Spesies tertentu / logam dan kimia.

Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa karya yang ditulis oleh Al-Kindi dari berbagai disiplin ilmu.

  1. Fi al-falsafat al-Ula
  2. Kitab al-Hassi ‘ala Ta’allum al-Falsafat
  3. Risalat ila al-Ma’mun fi al-illa wa Ma’lul
  4. Risalah fi Ta’lif al-A’dad
  5. Kitab AL-Falsafat al-Dhakilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa al-Mu’tashah wa ma Fauqa al-Thabi’iyyat
  6. Kammiyat Kutub Aristoteles
  7. Fi al-Nafs

Pemikiran Al-Kindi : Pemaduan Filsafat dan Agama

Al-Kindi memperkenalkan filsafat ke dalam dunis Islam dengan cara mengetuk hati umat Islam agar dapat menerima kebenaran yang berasal dari sumber selain kitab, menurutnya tidak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya selain kebenaran itu sendiri dan tidak merendahkan martabat yang menerimanya.

Menurutnya filsafat dan Islam bukanlah dua hal yang bertentangan jika berhubungan dengan kebenaran, ilmu filsafat meliputi ketuhanan, keesaan-Nya, dan keutamaan ilmu-ilmu selain yang mengajarakan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfat dan menjauhkan diri dari yang mudharat.

Usaha yang Al-Kindi lakukan cukup bijaksana, ia membicarakan kebenaran sesuai dengan anjuran agama. Agama mengajarkan bahwa kita wajib menerima kebenaran dengan sepenuh hati tanpa mempersoalkan sumbernya. Untuk bisa memuasakan semua pihak yang tidak senang akan filsafat, Al-Kindi membawa ayat-ayat Alquran. Dalam hal ini, Al-Kindi menyarankan agar kita dapat meneliti dan membahasa segala fenomena di alam semesta.

Surat Al-Baqarah (2): 164, yang artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, kapal yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air iti dia hidupkan bumi sesudah mati dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, da pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebenaran Allah bagi kaum yang memikirkan.”

Lebih lanjutnya, Al-Kindi mengemukakan pemaduan antara filsafat dan agama atas tiga alasan sebagai berikut.

  1. Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat.
  2. Wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian.
  3. Menuntut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama.

Perbedaan antara filsafat dan agama menurut Al-Kindi dalam tulisannya Kamiyyat Kutub Aristoteles, Al-Kindi menemukan perbedaan antara agama dan filsafat.

Pertama, fislafat adalah ilmu kemanusiaan yang dicapai dengan cara berpikir, belajar, dan usaha-usaha manusiawi. Sedangkan agama adalah ilmu tertinggi karena diperoleh tanpa proses berpikir, belajar dan usaha-usaha manusiawi.

Kedua, filsafat menunjukkan ketidakpastian dan membutuhkan perenungan sedangkan agama bersifat mutlak.

Ketiga, filsafat dan agama tidaklah konsisten.

Filsafat Ketuhanan

Tujuan akhir dari filsafat Islam adalah untuk memperoleh pengetahuan yang meyakinkan tentang Allah. Menurut Al-Kindi, Allah bukan benda yang mempunyai sifat fisik dan tidak pula termasuk benda-benda yang lain. Tidak tersusun dari materi (al-hayula) ataupun juga bentuk (al-shurat). Untuk membuktikan adanya Allah, Al-Kindi memajukan tiga argumen.

  1. baharunya alam, tidak mungkin sesuatu yang menjadi sebab bagi wujudnya sendiri. Ia berpendapat bahwa itu tidak mungkin karena alam ini mempunyai permulaan waktu dan setiap permulaan akan berkesudahan. Oleh karena itu, ada yang menyebabkan wujudnya musthail benda itu snediri menjadi sebabnya. Alam semesta baharu dan ciptakan dari tiada oleh yang menciptkannya.
  2. kenaekaragaman dalam wujud, keanekaragaman tidak terjadi secara kebetulan.
  3. kerapian alam, pengatur dan pengendalinya berada di luar alam dan tidak sama dengan alam.

Filsafat Alam

Al-Kindi memiliki pendapat yang bertentangan dengan Aristoteles yang menyebutkan bahwa alam tidak terbatas atau kadim. Sedangkan menurutnya alam itu pastilah terbatas, hal ini telah dijelaskan oleh Allah melalui Alquran tentang proses penciptaannya.

Baharunya alah karena tiga hal yaitu gerak, zaman, dan benda. Benda menjadi ada harus ada gerak. Masa gerak menunjukan adanya zaman. Adanya gerak tentu mengharuskan adanya benda. Argumen tentang alam lainnya, adalah.

  1. Semua benda yang homogen, yang tiada padanya lebih besar ketimbang yang lain adalah sama besar.
  2. Jarak antara ujung-ujung dari benda-benda yang sama besar juga sama bertanya dalam aktualitas dan pontensitas.
  3. Benda-benda yang mempunyai batas tidak bisa tidak mempunyai batas.
  4. Jika salah satu dari dua benda yang sama besarnya dan homogen ditambah dengan homogen lainnya maka keduanya menjadi tidak sama besar.
  5. Jika sebuah benda dikurangi, maka besar sisanya lebih kecil daripada benda semula.
  6. Jika suatu bagian diambil dari suatu benda lalu dipulihkan kembali kepadanya, maka hasilnya benda yang sama seperti semula.
  7. Tiada dari dua benda homogen yang besarnya tidak mempunyai batas bisa lebih kecil ketimbang yang lain.
  8. Jika benda-benda yang homogen yang semuanya mmepunyai batas ditambahkan bersama, maka jumlahnya juga akan terbatas.

Filsafat Jiwa 

Jiwa adalah yang tidak tersusun, tidak panjang, dalam, dan lebar. Jiwa terpisah dengan jasad atau badan, jiwa berisfat rohani dan Ilahy sementara jiwsim atau tubuh memiliki hawa nafsu dan marah.

Jiwa menentang keiginan hawa nafsu, Al-Kindi sering kali bertentangan dengan pendapat Aristoteles tetapi dengan Plato ia berpendapat sama mengenai jiwa. Kesatuan antara jiwa dan badan adalah kesatuan accident, binasanya badan tidak membawa binasanya pada jiwa.

Selain jiwa, Al-Kindi juga menulis risalah mengenai akal. Menurutnya akal merupakan suatu potensi sederhana yang dapat mengetahui hakikat dari benda-benda. Akal terbagi atas empat, yaitu.

Akal yang Aktualitas

Berada di luar jiwa manusia, bersifat ilahi, dan selamanya aktulaitas. Keaktualitasan akal menjadikan jiwa memiliki sifat-sifat antara lain, akal pertama, akal dalam aktualitas, akal genius, akal potensial menjadi aktual berpikir, dan akal tidak sama dengan akal potensial tetapi lain daripadanya.

Akal Potensial

Merupakan akal yang murni yang ada dalam diri manusia yang masih menerima ha-hal yang indrawi dan yang akali.

Akal Perolehan

Merupakan akal yang telah keluar dari potensialitas ke dalam aktulaitas, dan mulai memperlihatkan pemikirannya dengan kemampuan positif.

Akal yang Berada dalam Keadaan Aktual Nyata

Akal ini merupakan bentuk dari akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas. Akal ini diibaratkan dengan proses penulsian kalau seseorang sungguh-sungguh melakukan penulisan. Hanya jiwa suci yang mencapai suatu kebenaran. Sementara jiwa kotor dan belum bersih harus mengalami pencucian.

Bagi Al-Kindi jiwa akan memperoleh keselamatan dan naik ke alam akal. Sebagai seorang filosof ia berusaha mempertemukan filsafat dan agama atau akal dan wahyu yang berupaya untuk mengislamkan ide-ide yang terdapat dalam filsafat Yunani.

Artikel Lainnya
Berikan Komentar

Website ini menggunakan cookie untuk pengalaman yang lebih baik Setuju & Tutup Selengkapnya