{SPOILER AVENGERS ENDGAME} Jalan Cerita & Paradox

2

Perhatian! Bagi kamu yang belum nonton Avengers: Endgame, dan berencana untuk menontonnya. Di dalam tulisan ini akan ada banyak bocoran mengenai film tersebut.

Avengers: Endgame langsung jadi bahan obrolan untuk kamu dan temanmu, begitu tayang di bioskop. Bukan cuma karena kisah yang menakjubkan, film ini juga menyuguhkan konsep yang unik dalam plotnya.

Sekali lagi, ini adalah kesempatan terakhir bagi yang belum menonton film tersebut dan tak ingin terpapar spoiler Avenger Endgame. Jangan membaca penjelasan di bawah!!!

AWAS SPOILER!!!

Konsep yang dimaksud adalah perjalanan melintasi waktu, atau yang dikenal dengan time travel. Di film sebelumnya, Avengers: Infinity War, Thanos berhasil menghapus 50% populasi alam semesta melalui jentikan jari. Hal itu dilakukannya setelah berhasil menguasai keenam Infinity Stones.

Batu-batu yang telah dimiliki oleh Thanos dan masih jadi topik utama di Avengers: Endgame. Di film ini, para Avengers yang tersisa, berusaha untuk pergi ke masa lalu setelah mengetahui musuh besar mereka yang berwarna ungu itu telah memusnahkan seluruh Infinity Stones.

Karakter Scott Lang, atau Ant-Man, jadi tokoh kunci di balik perjalanan ini. Dengan modal ilmu tentang quantum realm, ia mengajak para pahlawan terkuat di Bumi untuk membangun mesin waktu.

Membantah Grandfather Paradox dengan Many Worlds Theory

Dalam Avengers: Endgame, karakter James Rhodes atau War Machine memberi saran kembali ke masa ketika Thanos masih bayi dan membunuhnya saat itu juga. Dengan begitu, Thanos yang dewasa di masa depan akan hilang, seperti yang diterapkan oleh film Back to the Future dan Looper.

Sayangnya, ide tersebut dibantah karakter Bruce Banner atau Hulk. “Jika kamu pergi kembali ke masa lalu kamu, tujuan tersebut menjadi masa depanmu, dan masa kini yang sudah kamu jalani menjadi masa lalu, yang tidak bisa diubah oleh masa depan baru kamu,” ujarnya.

Apa yang mereka diskusikan tersebut sejatinya merujuk pada Grandfather Paradox. Dalam paradoks tersebut, ketika kembali ke masa lalu dan membunuh kakek, maka kakek kamu di masa sekarang akan musnah, begitupun dengan dirimu yang tidak mungkin lahir jika tak ada kakek kamu. Kalo pernah lihat video Agung Hapsah di YouTube yang menjelaskan tentang Paradox, pasti tau deh…

Hal itu membuat dua ahli fisika kuantum, Pieter Kok dan Matthew Szydagis mengatakan Back to the Future melawan hukum fisika. Pandangan mereka tertuju pada momen saat keluarga McFly hilang dari sebuah foto yang dibawa Marty ketika kembali ke masa lalu. “Di setiap titik sepanjang di dalam lingkaran waktu, hukum fisika seharusnya berlaku,” ujar Kok yang merupakan seorang profesor di University of Sheffield, Inggris (dikutip dari Fast Company).

“Seharusnya tidak ada fenomena aneh seperti itu. Pada foto tersebut, ia melihat saudara-saudaranya menghilang, itu bukan sesuatu yang realistis dari sisi fisika karena itu sebuah foto. Kenapa ia bisa hilang?” tuturnya.
Jadi, apa yang coba ditampilkan oleh Joe Anthony Russo di dalam Avengers: Endgame adalah sebuah paham lain yang bernama Many Worlds Theory. Ini adalah sebuah konsep yang digunakan fisikawan asal Britania Raya bernama David Deutsch.

Jadi, teori ini menjelaskan ketika kita mengubah masa lalu, maka yang timbul adalah sebuah realitas baru. Jadi, perbuatan di masa lalu bukannya mengubah realitas yang sudah ada.

Maka dari itu, para Avengers berniat pergi ke masa lalu untuk mengambil seluruh Infinity Stones untuk memperbaiki masa sekarang. Setelahnya, mereka akan mengembalikannya lagi ke tempat semula agar tidak membuat lebih banyak realitas.

“Tidak ada yang namanya paradoks jika kamu membunuh kakek kamu tapi itu bukan kakek kamu, karena itu merupakan duplikat nyata dari dirinya di dunia paralel. Itu merupakan penjelasan klasik dari masalah tersebut,” ujar Syzadagis yang merupakan profesor di University of Albany, Amerika Serikat.

Nah, dalam melakukan perjalanan melintas waktu itu, Avengers akan melewati quantum realm. Disana mereka akan berukuran sangat kecil, bahkan mungkin setara atom untuk bisa menemukan jalan ke masa lalu yang mereka inginkan.

Dalam mekanika kuantum dijelaskan bahwa partikel atom lebih seperti gelombang kemungkinan yang tidak jelas. Jadi, kita tidak akan pernah tahu ke mana arah sebuah partikel akan bergerak. Kita hanya tahu ada sebuah kesempatan bagi partikel itu untuk berada di lokasi yang spesifik.

Untuk itu, diperlukan sebuah alat navigasi, atau semacam GPS yang dapat mengarahkan para Avengers ke lokasi yang spesifik sesuai keinginan mereka. Disini kejeniusan Tony Stark atau Iron Man berperan besar.

Dalam merancangnya, ia menggunakan pita Mobius. Itu merupakan sebuah bidang terpilin yang hanya memiliki satu sisi. Jika sulit membayangkannya, mungkin ada baiknya jika melihat gambar ini saja:

gambar 1 - contoh pita mobius perjalanan waktu avenger endgame
img: WikiPedia

Pita Mobius memang dianggap bisa membantu dalam menjelaskan ruang dan waktu. Jadi, skenarionya adalah ketika kita kembali ke masa lalu, akan ada dua realitas yang berjalan secara simultan.

Sepanjang yang saya tahu, saya cuma melihat satu film yang menerapkan ini, dan itu adalah Deja Vu yang dibintangi Denzel Washington.

Szydagis

“Karakter utama yang diperankan oleh Denzel mendapat panggilan dari seorang perempuan, tapi dia telah mati beberapa jam yang lalu. Dia mati dan hidup secara bersamaan, ada dua realitas yang berjalan secara simultan di dunia itu,” ujarnya menambahkan.

Film terbaru dari Marvel Cinematic Universe ini memang tampak memberikan perjalanan melintasi waktu yang cukup realistis. Meski demikian, bukan berarti mereka benar sepenuhnya.

Jika dilihat dari kacamata sains, kita tidak bisa pergi ke masa lalu yang lebih jauh dari masa saat mesin waktu itu diciptakan. Sedangkan, di Avengers: Endgameseluruh waktu yang didatangi sudah jauh melampaui masa ketika mesin waktu itu dibuat.

“Dengan teori relativitas dari (Albert) Einstein, satu tiket perjalanan ke masa depan sangat mungkin dilakukan dengan berbagai cara. Masalahnya, perjalanan melintasi waktu ke masa lalu sejauh yang kita bisa jelaskan membutuhkan energi negatif fisik yang kita tidak yakin apakah benar-benar ada,” tutur Szydagis.

“Kita bahkan tidak memiliki teori yang memprediksi sesuatu seperti itu yang bisa memiliki efek anti-gravitasi. Itu merupakan komponen utama jika kita bicara untuk membangun mesin waktu yang bekerja secara real-time,” katanya menambahkan.

Kok menambahkan, “sebuah mesin waktu bisa membutuhkan energi yang setara untuk membuat lubang cacing (wormhole) di Bumi yang notabene tidak mungkin. Jadi, dalam hal ini, Avengers: Endgame masih sama seperti film-film lain yang menghadirkan perjalanan melintasi waktu sebagai plot penting di dalamnya”.

Walau demikian, selama filmnya bagus, sepertinya tidak akan ada yang mempermasalahkan itu. Kalau kamu udah nonton, bagaimana menurut kamu perjalanan melintasi waktu di Avengers: Endgame?

Artikel Lainnya
Lihat Komentar (2)

Website ini menggunakan cookie untuk pengalaman yang lebih baik Setuju & Tutup Selengkapnya