Strict Parents, Dilema Antara Orang Tua dan Anak

0

Pernah atau seringkah kalian dibatasi jam main oleh orang tua kalian? Atau bahkan kalian tidak diperbolehkan menginap di rumah teman kalian yang sejenis dan juga dilarang pacaran selama sekolah? Bisa jadi orang tua kalian itu termasuk ke dalam kategori strict parents. Strict parents adalah gaya pengasuhan yang ketat, dipercaya banyak orang bisa membentuk perilaku anak dan menjadikannya orang hebat. Dari sisi psikologi, arti strict parents adalah orang tua yang menempatkan standar tinggi dan suka menuntut anak. Orang tua yang menganut gaya pengasuhan ini dapat bersifat otoratif atau otoriter.

Apa itu Strict Parents? Saat orang tua menempatkan standar tinggi pada anak sambil memberikan dukungan dengan kasih sayang dan dukungan itu tandanya mereka bersifat otoratif. Gaya pengasuhan ini umumnya dapat membuat anak menjadi pribadi yang lebih baik. Sayangnya, sebagian besar strict parents tidak bersifat otoratif, melainkan otoriter.

Strict parents yang otoriter ditandai dengan perilaku dingin, tidak responsif dan tidak suportif terhadap anaknya. Peraturan yang mereka buat dianggap sangat ketat dan sewenang-wenang. Orang tua strict yang bersifat otoriter tidak mengizinkan anak untuk menyuarakan opini atau mempertanyakan keputusam yang telah dibuat oleh orang tuanya.

ads by posciety

Jadi, orang tua yang tergolong strict parent memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anak-anaknya. Namun, memberikan sangat sedikit umpan balik dan pengasuhan. Setiap kesalahan cenderung dihukum dengan keras. Ketika umpan balik diberikan, seringkali ditangkap dengan negatif.

Selain otoriter, apa saja yang menjadi ciri-ciri strict parents? Apa saja dampak positif dan negatifnya? Berikut ini penjelasannya.

Ciri-Ciri Strict Parents

Menuntut dan Mengatur Segala Kehidupan Anak Mereka

Strict parents biasanya memiliki banyak aturan untuk anak-anaknya. Bahkan mungkin mengatur hampir semua aspek kehidupan dan perilaku anak-anak mereka, baik di rumah atau di depan umum. Selain itu, mereka juga memiliki banyak aturan tidak tertulis yang diharapkan dipatuhi oleh anak-anak. Walaupun anak-anak menerima sedikit atau tidak sama sekali instruksi eksplisit tentang aturan ini.

Anak-anak hanya diharapkan untuk mengetahui bahwa aturan-aturan ini ada dan mengikutinya, tanpa perlu diberi tahu lagi.

Memiliki Banyak Aturan

Ciri-ciri strict parents adalah menerapkan banyak aturan. Kondisi ini akan membuat anak merasa terkekang karena harus mengikuti semua aturan yang dibuat orang tuanya.

Lebih baik orang tua membuat lebih sedikit aturan, tetapi konsisten untuk menerapkannya pada anak. Daripada akhirnya sang anak berbohong dan menjadi anak pembangkang

Tidak Mau Memberi Penjelasan

Orang tua yang tergolong strict parents biasanya ingin anak-anak mereka bersikap baik dan menghindari hal-hal yang buruk. namun, mereka tidak mau menjelaskan mengapa anak-anak harus menghindari perilaku tertentu.

Mereka cenderung tidak sabar jika harus menjelaskan dan membuat anak mengerti. Akhirnya, mereka memilih membuat aturan yang ketat dan memaksa anak mematuhinya tanpa mempertanyakannya.

Tidak Memberikan Kesempatan Kepada Anak Untuk Memilih

Orang tua yang otoriter dan menganut gaya asuh strict parents tidak memberikan kesempatan kepada anaknya untuk memilih. Mereka membuat peraturan sendiri tanpa meminta opini dari anak terlebih dahulu.

Anak tidak memiliki ruang untuk bernegosiasi dan tidak diperbolehkan untuk menentukan keputusannya sendiri. Tidak ada abu-abu dalam kamus strict parents. Setiap situasi dipandang sebagai hitam dan putih, dan hanya ada sedikit atau tidak ada ruang untuk kompromi.

Anak-anak dari strict parents tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bersuara atau bernegosiasi. Terutama ketika harus menetapkan aturan atau membuat keputusam.

Tidak Memercayai Anak

Selanjutnya, orang tua dengan gaya asuh stict parents tidak memercayai anak dalam membuat keputusannya sendiri. Mereka tidak memberikan kebebasan pada anak untuk membuktikan bahwa dirinya bisa berperilaku baik dengan keputusannya sendiri.

Strict parents akan memilih untuk mengarahkan anak-anak mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan.

Minim Kasih Sayang Sehingga Bisa Memberikan Hukuman Fisik

Orang tua yang ketat biasanya bersifat dingin, kasar, serta jauh dari anak-anaknya. Mereka cenderung berteriak pada anak dan jarang memberikan dukungan atau pujian. Dilansir dari Very Well Mind, strict parents juga lebih mementingkan kedisiplinan dibandingkan kesenangan dalam pola pengasuhan anak.

Orang tua yang strict juga tidak akan meluangkan waktu untuk anak. Misalnya, orang tua menyuruh anak melakukan hal yang sulit, tetapi tidak mau meluangkan waktu untuk membantu. hal ini hanya akan membuat anak merasa kesulitan.

Di samping itu, strict parents biasanya tidak akan ragu untuk memberi hukuman pada anak, termasuk hukuman fisik. Ini akan dilakukan untuk setiap anak yang melanggar aturan yang sudah dibuat.

Alih-alih memberi penjelasan bahwa yang anak lakukan itu aslah, strict parents lebih memilih untuk menghukum sebagai cara pendisiplinan.

Menggunakan Kata-Kata yang Mempermalukan dan Kasar

Strict parents bisa menjadi sangat kritis dan mungkin menggunakan rasa malu sebagai taktik. Terutama untuk memaksa anak-anak mengikuti aturan. Mereka cenderung menggunakan kata-kata yang seolah-olah anak tersebut telah mempermalukannya.

Tujuannya untuk membuat anak merasa malu karena tidak bisa patuh atau memahami aturan dengan baik. Daripada mencari cara untuk membangun harga diri anak-anak, orang tua seperti ini sering percaya bahwa rasa malu memotivasi anak-anak untuk berbuat lebih baik.

Faktor Penyebab Orang Tua Menjadi Strict Parents

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi strict paernts yaitu:

Punya Pengalaman yang Sama

Dilansir dari Orami.co.id, para peneliti menemukan bahwa orang tua yang masa kecilnya terpapar pola asuh otoriter, cenderung menjadi strict parents di kemudian hari. Mereka merasa lebih suka membesarkan anak-anak mereka sendiri dengan pola dan sikap yang sama.

Salah satu kemungkinannya adalah karena mereka merasa cara itulah yang paling tepat untuk mengasuh anak, termasuk dalam membuat anak menjadi disiplin.

Memiliki Kepribadian yang Kurang Menyenangkan

Setiap orang memiliki kepribadian masing-masing. Orang yang memiliki kepribadian yang kurang menyenangkan cenderung kurang berempati dan lebih sering berpikir negatif, sehingga lebih mungkin menjadi strict parents. Mereka juga memiliki hubungan yang lebih sulit secara umum, termasuk dengan anak-anak mereka sendiri.

Tingkat Neurotisme yang Tinggi

Neurotisme merupakan dimensi kepribadian yang menyangkut kestabilan emosi. Strict parents biasanya memiliki tingkat neurotisme yang tinggi. Hal ini ditandai dengan kecemasan, keraguan, depresi, dan perasaan negatif lainnya.

Dampak Strict Parents Terhadap Anak

Orang tua yang memiliki pola strict parents pada dasarnya menyayangi anak-anaknya dan ingin anaknya itu menjadi yang terbaik dan mendapatkan hal terbaik dalam hidupnya. Namun ternyata, hal ini akan menimbulkan dampak negatif akibat pola pengasuhan strict parents terhadap anak yaitu:

  • Timbul rasa takut, tidak percaya diri atau terlalu malu saat di sekitar orang lain.
  • Mengaitkan kepatuhan dan kesuksesan dengan cinta.
  • Mudah menyesuaikan diri, tapi juga mengalami depresi dan gangguan kecemasan.
  • Memiliki perilaku yang lebih agresif terhadap orang lain.
  • Memiliki perilaku prososial lebih sedikit.
  • Mengalami kesulitan dalam situasi sosial karena kurangnya kompetensi sosial.
  • Memiliki harga diri yang lebih rendah.
  • Memiliki gejala masalah kepribadian seperti hiperaktif dan masalah perilaku.
  • Kesulitan dalam mengendalikan diri.
  • Membuat anak suka berbohong.
  • Menjadikan anak tukang bully.

Tidak selamanya menjadi strict parents itu buruk. Jika Anda ingin menjadi strict parents, jangan lupa untuk memberiakn kasih sayang yang cukup kepada anak, sehingga anak pun akan sayang dan menuruti segala keinginan orang tuanya, tanpa paksaan. Kalau Anda sayang terhadap anak dan menginginkan yang terbaik untuk masa depan anak Anda, jangan menjadi orang tua yang egois. Dengarkan apa yang diinginkan oleh anak Anda dan berilah kebebasan untuk memilih selama hal tersebut bersifat positif!

Artikel Lainnya
Berikan Komentar

Website ini menggunakan cookie untuk pengalaman yang lebih baik Setuju & Tutup Selengkapnya