Tak Tahan Hadapi Kemacetan, Pria Asal Sukabumi Rakit Helikopter Sendiri

0

Posciety.Com – Kemacetan sudah bukan merupakan hal yang aneh dihadapi masyarakat Indonesia, tidak hanya di kota-kota besar, bahkan di beberapa kota kecil pun kemacetan bukan lagi pemandangan yang asing.

Begitupula di kecamatan Nagrak, kabupaten Sukabumi, sebuah kabupaten di ujung barat provinsi Jawa Barat. Nagrak adalah salah satu jalan alternatif untuk menghindari kemacetan dari arah Cibadak menuju Kota Sukabumi.

Namun, meskipun difungsikan sebagai jalan alternatif untuk menghindari penumpukan kendaraan sepanjang pasar Cibadak – Karang tengah, badan jalan yang cukup sempit tidak membuat pengendara terbebas dari kemacetan, terlebih di pagi dan siang hari.

ads by posciety

Karena bosan dengan pemandangan yang tersaji di hadapan sehari-hari, Jujun, warga desa Darmareja kecamatan Nagrak, tergerak menciptakan sesuatu yang ia pikir akan menyelamatkannya dari kemacetan. Pria paruh baya yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang las bubut di sebuah bengkel ini merakit sebuah helikpoter yang kemudian ia beri nama Gardes JN 77 GM.

Habiskan Biaya Rp. 30 Juta Rupiah

Dikutip dari laman SukabumiUpdate.Com, pria yang merupakan lulusan STM ini meyakini helikopter buatannya itu bisa mengudara. Jujun juga menargetkan akhir tahun 2019 atau awal tahun 2020 ini helikopter buatannya bisa terbang.

“Mudah-mudahan enggak meleset akhir tahun atau awal tahun depan tinggal uji terbang, tinggal menyisakan beberapa minggu lagi pengerjaan tinggal pasang baling-baling utama”, Senin (4/11/2019).

Jujun memulai pembuatan helikopter miliknya sejak Agustus 2018 silam, ia merogoh kocek sendiri untuk komponen hingga mesin, semua ia kerjakan sendiri. Total ia sudah menghabiskan uang sebesar Rp 30 juta, setengahnya habis untuk mesin seharga Rp 16 juta.

“Sampai saat ini dikerjakan sendiri memanfaatkan waktu luang, perakitan, penggunaan hidrolik dan lain-lain untuk mesin harus benar-benar buatan pabrik. Total sekitar Rp 30 jutaan, itu belum dengan pengecatan ya perkiraan sampai terbang habis segitu,” lanjutnya.

Untuk mesin penggerak ia menggunakan genset dengan kapasitas sebesar 24 PK 700 Cc 2 silinder dengan bahan bakar premium 4 liter per jam. Menurut Jujun mesin seharga Rp 16 juta itu menyesuaikan dengan koceknya.

Helikopter itu ia kerjakan sendiri di halaman rumahnya. Helikopter itu berukuran lebar 1,4 meter, tinggi 2,5 meter dan panjang dari bagian kokpit hingga ke ekor sekitar 8 meter. Rencananya nanti baling-baling akan berukuran panjang 8 meter dan bagian belakang 2 meter.

“Mesin spek seharga Rp 16 juta benar-benar buatan pabrik. Ada yang lebih mahal sekitar Rp 40 juta tapi spek nya sama, jadi harga Rp 16 juta itu hasil menyisihkan sendiri selama kerja,” ungkapnya.

Helikopter Jujun dinamai Gardes JN 77 GM. Gardes sendiri merupakan kependekan dari Garuda Desa, Kode JN merupakan inisial namanya dan 77 adalah tahun lahir Jujun, GM adalah singkatan dari Gemar Motekar. Ia berharap helikopter buatannya bisa mengudara sesuai harapan.

Mendapat Perhatian Menristek

Dikutip dari laman Merdeka.Com, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang PS Brodjonegoro telah menginstuksikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) untuk meninjau helikopter buatan pemuda Sukabumi.

Dia mengemukakan peninjauan langsung tersebut bertujuan untuk memastikan bentuk, kualitas dan proses pembuatan dari helikopter tersebut.

“Saya sudah perintahkan kepada Lapan melalui Pusat Teknologi Penerbangan untuk datang ke Sukabumi untuk meninjau langsung helikopter yang diciptakan tersebut. Bagaimana proses, standar dan kualitasnya,” kata Bambang dalam pertemuan dengan media di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (13/11).

Menristek Bambang menambahkan pemerintah Indonesia sangat mendukung lahirnya berbagai inovasi dan teknologi yang dapat bermanfaat bagi bangsa.

“Kalau berpotensi dikembangkan pemerintah dengan senang hati mengembangkan inovasi itu,” ujarnya.

Ahli Penerbangan: Merakit Helikopter? Ini Bukan yang Pertama Kali

Dilansir dari laman Tempo.com, Tenaga Ahli Pengembangan Pesawat Terbang PT Dirgantara Indonesia (DI), Andi Alisjahbana, mengatakan Jujun, pemuda Sukabumi yang tengah merakit helikopter, bukan yang pertama mencoba membangun sendiri helikopter.

“Ini bukan yang pertama kali, penuh semangat begini. Tapi probability untuk bisa berhasil kecil sekali,” kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis, 14 November 2019.

Andi masih ingat, dulu ada yang mencoba membuat helikopter seperti pemuda Sukabumi itu. “Dulu pernah dua-tiga orang. Kita datangi, lalu kita bilang bahwa basicly highly improbable untuk bisa terbang. Lalu kami bawa ke sini, ke PT. Dirgantara Indonesia, kami ajak terbang dan melihat helikopter. Itu tahun 90-an,” kata Andi.

Artikel Lainnya
Berikan Komentar

Website ini menggunakan cookie untuk pengalaman yang lebih baik Setuju & Tutup Selengkapnya